Representasi Bullying Dalam Anime (Analisis Semiotika Peirce Terhadap Anime Ijiranaide Nagatoro San)
Abstract
Film sebagai bentuk komunikasi massa ternilai mampu dalam mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang. Hal ini disebabkan karena film memiliki fungsi “sebagai alat pendidikan” kepada para audiens yang mengonsumsinya. Selain itu, film juga memiliki karakteristik audiovisual dan memanfaatkan konsep "See what you imagine" yang membuat penonton lebih
mudah menangkap pesan-pesan yang disampaikan. Sehingga film memiliki potensi sebagai wadah media representasi yang efektif untuk menyampaikan berbagai jenis pesan kepada audiens. Anime adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis film animasi yang berasal dari Jepang. Salah satu judul anime yang menarik perhatian adalah "Ijiranaide, Nagatoro-san," karena secara terang-terangan menghadirkan tindakan bullying sebagai fokus utama cerita, meskipun bullying dianggap sebagai perilaku negatif dalam masyarakat.
Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana representasi Bullying dalam anime Ijiranaide, Nagatoro-san (Don't Toy With Me, Miss Nagatoro) pada season 1 anime tersebut. penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, dengan pendekatan deskriptif kualitatif. analisis metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semiotika charles sanders peirce, dan analisis data yang didapatkan dibahas lebih dalam menggunakan teori representasi yang dikemukakan oleh Stuart Hall. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 10 dari 12 episode anime Ijiranaide, Nagatoro-san mengandung representasi Bullying yang dilakukan oleh tokoh nagatoro dan teman-temannya kepada karakter Naoto Hachioji atau biasa dipanggil dengan sebutan senpai. Bullying yang direpresentasikan dikelompokkan ke dalam tiga kategori berdasarkan pendekatan Coloroso, yakni bullying fisik, bullying verbal, dan bullying relasional. Temuan lain dari penelitian ini diketahui produsen film dalam anime ini mempunyai intensional tertentu seperti upaya untuk menciptakan naturalisasi terhadap sikap perundungan.