dc.description.abstract | Jakarta mengalami perkembangan infrastruktur pesat untuk mengakomodasi aktivitas manusia yang dapat dilihat dari maraknya pembangunan di ibu kota. Pembangunan yang tidak direncanakan dengan asas pembangunan berkelanjutan akan menyebabkan degradasi lingkungan seperti banjir. Untuk itu, Distamhut berencana meningkatkan fungsi RTH di bawah pengelolaannya dengan menggunakan metode alami atau naturalisasi, salah satunya adalah Hutan Kota Cilangkap. Hutan Kota Cilangkap memiliki luas 8,23 ha dengan panjang sungai yang melewatinya kurang lebih 1 km. Sedangkan luas Daerah Aliran Sungai yang mempengaruhi debit limpasan Hutan Kota Cilangkap adalah 10,03 km2 dengan satu aliran sungai sepanjang 42, km. Untuk analisis kapasitas tampungnya, dilakukan dua analisis yaitu analisis hidrologi dan analisis hidrolika dengan menggunakan Hec-Ras dan QGIS. Analisis hidrologi menggunakan data curah hujan untuk mencari intensitas hujan pada periode ulang hujan (PUH) 2, 5, 10, dan 25 tahun yang dihitung menggunakan metode Mononobe. Kemudian dilakukan perhitungan debit banjir dengan Metode Rasional. Dari perhitungan analisis hidrologi dihasilkan debit banjir untuk setiap PUH sebesar 114 m3/detik, 133 m3/detik, 145 m3/detik, dan 162 m3/detik. Dari hasil analisis hidrolika debit banjir terhadap terrain hutan kota, diketahui bahwa segmen sungai tidak mampu menerima debit banjir rencana pada periode ulang 2, 5, 10, dan 25 tahun sehingga terjadi banjir di Hutan Kota Cilangkap. Untuk itu,dilakukan naturalisasi sungai dengan menggunakan eko-drainase sebagai kontrol banjir yang terjadi on-site. Perancangan eko-drainase menggunakan PUH 10 tahun. Rekomendasi untuk naturalisasi sungai yang terjadi dengan cara kontrol on-site berupa penerapan kolam detensi seluas 1,776 ha. Selain menggunakan kolam detensi, diterapkan juga eko-drainase yang bersifat komplementer dengan rencana pengembangan lanskap Hutan Kota Cilangkap sebagai sarana rekreasi. | en_US |