dc.description.abstract | Serat pelepah pisang terkenal karena memiliki sifat mekanik yang baik, ramah lingkungan, dan
potensi keberlanjutan yang tinggi. Di sisi lain, serbuk kulit biji kopi merupakan alternatif ramah
lingkungan sebagai penguat komposit. Kedua bahan ini memiliki potensi untuk meningkatkan sifat
mekanik dan termal dari komposit. Serbuk kulit biji kopi merupakan salah satu limbah organik dari
industri kopi. Penggunaannya sebagai filler dalam material komposit dapat memberikan nilai tambah
pada limbah tersebut, sambil mengurangi dampak lingkungan. Sifat-sifat unik dari serbuk kulit biji kopi,
seperti kekuatan kompresi dan keberlanjutan, dapat memberikan kontribusi pada karakteristik material
komposit. Integrasi serat pelepah pisang dan serbuk kulit biji kopi dalam satu material komposit dapat
menciptakan sinergi antara keduanya. Serat pelepah pisang dapat menyediakan kekuatan tarik yang
tinggi, sementara serbuk kulit biji kopi dapat bertindak sebagai filler yang memberikan kekerasan dan
stabilitas dimensi. Pemilihan rasio yang sesuai antara serat dan serbuk menjadi kunci untuk mencapai
sifat-sifat optimal pada komposit ini. Spesimen yang diuji pada pengujian ini antara lain: komposit tanpa
serat, komposit dengan serat tanpa perlakuan dan komposit dengan serat perlakuan alkali (NaOH 5% )
dengan fraksi massa (1%,2% dan 3%) dan untuk orientasi serat yang digunakan ialah lurus. Untuk
jumlah sampel yang digunakan adalah 3 untuk masing masing persentase berat. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian Fourier Transform Infra Red (FTIR), Scanning Electron Microscope (SEM) dan
uji Tarik. Dengan adanya kandungan lignin dan hemiselulosa, interaksi antara matriks dan serat menjadi
kurang optimal. Oleh karena itu, dilakukan proses alkalisasi untuk meningkatkan kualitas interface pada
serat pelepah pisang dan serbuk kulit biji kopi. Proses ini juga bertujuan untuk mengurangi kandungan
lignin dan hemiselulosa, sehingga hanya kandungan selulosa yang tetap ada di dalam serat pelepah
pisang dan serbuk kulit biji kopi. Hasil pengamatan SEM pada Gambar 4.8 terlihat bahwa Fenomena
debonding seperti pada lingkaran merah terjadi pada spesimen dengan serat tanpa perlakuan alkali,
terlihat dari serat yang tidak terikat dengan sempurna ke resin.Fenomena ini terjadi karena serat pelepah
pisang tidak diberikan perlakuan alkali terlebih dahulu sebelum pembuatan spesimen, sehingga pada
serat masih ada zat asing yang mempersulit terikatnya permukaan serat ke resin. Pada Gambar 4.8
lingkaran hijau, terlihat adanya fenomena fiber pull-out dimana serat pelepah pisang patah dan terpisah
dari bahan mengikatnya, sehingga terlihat menonjol dan keluar dari resin. Hal itu disebabkan karena
ikatan yang tidak sempurna antara serat pelepah pisang dan resin. Pada diagram rata-rata kekuatan tarik
pada sampel menunjukkan tren positif, di mana peningkatan konsentrasi massa pada sampel
menyebabkan peningkatan kekuatan tariknya. Hasil juga menunjukkan bahwa kekuatan tarik tertinggi,
mencapai 47.6 MPa, terjadi pada komposit campuran serat pelepah pisang 3% dan serbuk kulit biji kopi
3% yang mengalami perlakuan alkali 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan alkali pada serat
dapat meningkatkan kekuatan tarik pada komposit serat pelepah pisang. Uji FTIR telah mengonfirmasi
bahwa perlakuan alkali dapat mengurangi kadar lignin, yang dapat mengganggu antarmuka antara
epoksi dan serat, atau dengan kata lain, antarmuka antara penguatan dan matriks. | en_US |