dc.description.abstract | Tingkat gangguan mental termasuk depresi di Indonesia diproyeksikan meningkat dan dapat
menghambat pembangunan. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang terkena gejala
depresi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis probabilitas status sosial ekonomi dan
demografi serta menganalisis dampak intervensi tingkat pengeluaran dan tingkat pendidikan
terhadap gejala depresi di usia remaja. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu IFLS
5. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu regresi logit dan Propensity Score Matching
(PSM) dengan jumlah observasi sebanyak 2.393. Hasil estimasi regresi logit menunjukkan
bahwa tingkat pengeluaran yang tinggi memiliki probabilitas lebih rendah untuk mengalami
gejala depresi sebesar 2,75 persen. Sementara itu, pendidikan tinggi memiliki probabilitas
mengalami gejala depresi lebih besar 4,2 persen namun tidak signifikan. Hasil PSM
menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran tinggi memiliki dampak lebih kecil untuk terkena
depresi sebesar 10,1 persen dan pendidikan tinggi memiliki dampak lebih tinggi untuk
terkena gejala depresi sebesar 1 persen. Artinya variabel tingkat pengeluaran dan tingkat
pendidikan yang menjadi fokus variabel penelitian menghasilkan temuan yang konsisten,
baik menggunakan model logistik maupun PSM.
Kata kunci: depresi, pendidikan, pengeluaran per kapita, logit, PSM | en_US |