dc.description.abstract | Aktivitas manusia, seperti transportasi, pembangunan infrastruktur, dan industri, menyebabkan DKI Jakarta menjadi salah satu kota yang menghadapi permasalahan kualitas udara di dunia. Sebagai mahasiswa teknik lingkungan, penting untuk memahami pemantauan kualitas udara supaya dapat diimplementasikan dikemudian hari. Sehingga tujuan dari kerja praktik di Laboratorium Lingkungan Hidup DKI Jakarta ini adalah mengetahui sistem pemantauan kualitas udara yang digunakan di Provinsi DKI Jakarta dan kualitas udara Provinsi DKI Jakarta berdasarkan ISPU. Berdasarkan PermenLH Nomor 12 Tahun 2010 terdapat beberapa parameter yang menjadi baku mutu udara ambien, yaitu SO2, NO2, CO, O3, HC, PM10, PM2,5, dan TSP. Terdapat dua metode pemantauan kualitas udara, yaitu manual dan otomatis. Kedua metode tersebut memiliki beberapa parameter yang berbeda. Metode manual mengukur parameter SO2, NO2, CO, O3, HC, dan TSP. Sementara itu, metode otomatis mengukur parameter mengukur semua parameter kecuali TSP. Ketika hasil pengukuran metode otomatis disampaikan kepada publik hanya parameter SO2, NO2, CO, O3, dan PM10 saja yang ditampilkan karena berdasarkan ISPU yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup hanya kelima parameter tersebut yang perlu disampaikan kepada masyarakat. Selain parameter, terdapat perbedaan pada alat pengukuran kualitas udara pada kedua metode tersebut. Pemantauan manual menggunakan alat ambient air sampler, HVAS, dan gas bag. Ambient air sampler membutuhkan waktu satu sampai tiga jam dan HVAS membutuhkan waktu 24 jam untuk pengambilan sampel. Lalu, gas bag diisi dengan udara sampai penuh. Kemudian, metode otomatis menggunakan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara. Setiap SPKU memiliki alat analisis otomatis per parameter di dalamnya. Hasil analisis tersebut akan masuk secara realtime ke pusat data milik LLHD dan data tersebut akan diperbarui setiap setengah jam sekali. Data tersebut langsung dikonversi menjadi ISPU dan ditampilkan pada situs web milik LLHD. Berdasarkan data ISPU bulan Juni, dapat diketahui bahwa rata-rata kualitas udara harian Provinsi DKI Jakarta sangat dominan oleh parameter kritis O3 dengan kategori “sedang”. | en_US |