PRARANCANGAN PABRIK MONONITROTOLUENA DARI TOLUENA DENGAN KAPASITAS 50.000 TON/TAHUN
Date
2024-06-26Metadata
Show full item recordAbstract
Mononitrotoluena (MNT) adalah senyawa kimia aromatik (C7H7NO2) yang memiliki
banyak kegunaan di industri, terutama dalam produksi bahan peledak, antioksidan,
agrikultural, dan pigmen pewarna. Kebutuhan MNT di Indonesia pada saat ini masih dipenuhi
oleh impor dari luar negeri, hal ini disebabkan tidak adanya pabrik MNT di Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pendirian pabrik MNT di Indonesia cukup
menjanjikan. Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri, pabrik
ini direncanakan untuk dibangun di Karawang, Jawa Barat dengan kapasitas produksi 50,000
ton/tahun. Proses yang digunakan untuk memproduksi Mononitrotoluena ini adalah proses
nitrasi dari bahan baku toluena dan asam nitrat. Tahapan produksi secara umum, yaitu
mereaksikan toluena dengan asam nirat dalam fasa liquid menggunakan continuous stirred tank
reactor dengan perbandingan 2:1. Lalu dilanjutkan tahapan pemisahan senyawa organik dan
anorganik dengan decanter, yang kemudian melalui tahapan pemurnian menggunakan alat
distilasi. Produk yang dihasilkan adalah Mononitrotoluena sebesar 99% atau sebanyak 50,001
ton/tahun. Utilitas yang dibutuhkan di pabrik mononitrotoluena adalah air sebanyak
150,519.5591 kg/jam, listrik sebanyak 881.9662 kWh, superheated steam sebanyak
70,315.0019 kg/jam, dan udara tekan sebanyak 15.9680 kg/jam. Jumlah pekerja yang
diperlukan adalah 238 orang tenaga kerja. Berdasarkan perhitungan evaluasi ekonomi,
didapatkan hasil bahwa Total Capital Investment yang diperlukan sebesar
Rp7,526,598,101,330 dan modal kerja sebesar Rp7,104,475,566,154. Pada kapasitas produksi
100% diperoleh dari ROIb sebesar 54.96%, ROIa sebesar 41.22%. Payback period sebesar 2
tahun, BEP sebesar 74%, SDP sebesar 18%, dan IRR sebesar 54%. Dengan hasil ekonomi
tersebut dan bila ditunjang dengan perekonomian Indonesia yang stabil, maka pabrik
Mononitrotoluena dengan kapasitas 50,000 ton/tahun tergolong high risk dan dapat didirikan
di Indonesia.