PENENTUAN LOKASI BANK SAMPAH INDUK MENGGUNAKAN METODE FUZZY-AHP TOPSIS (STUDI KASUS: ESWKA KOTA CILEGON)
Abstract
Pengolahan sampah di Indonesia menghadapi tantangan besar akibat kurangnya infrastruktur dan edukasi, seperti bank sampah serta edukasi pengolahan sampah di masyarakat. Infrastruktur bank sampah terdiri dari dua komponen, yaitu Bank Sampah Induk (BSI) dan Bank Sampah Unit (BSU). BSU berperan sebagai lokasi pengumpulan dan pemilahan sampah oleh masyarakat yang nantinya akan ditransportasikan ke BSI. Sedangkan, BSI merupakan tempat pemrosesan daur ulang sampah yang dilakukan untuk menghasilkan barang setengah jadi maupun barang jadi. BSU dan BSI perlu direncanakan dengan baik terutama pada tahapan perencanaan penempatan lokasi fasilitas. Penempatan lokasi BSI perlu dilakukan untuk memaksimalkan kinerja BSU serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kriteria lokasi Bank Sampah Induk (BSI), serta lokasi paling potensial di Kota Cilegon untuk dibangun bank sampah induk. Metode yang digunakan adalah Multi Criteria Decision Making (MCDM) Fuzzy-AHP TOPSIS untuk menentukan bobot kriteria dan preferensi lokasi BSI di Kota Cilegon. Hasil pengolahan data dari delapan responden yang merupakan ahli dengan latar belakang akademisi, praktisi, dan pemerintah didapatkan bahwa kriteria infrastruktur memiliki bobot terbesar, yaitu sebesar 24,1%. Sedangkan, bobot sub-kriteria tertinggi dari setiap kriteria adalah sub-kriteria emisi yang dihasilkan, ketersediaan lahan, kemiringan lahan, kapasitas BSI, tingkat penerimaan masyarakat, dan biaya pembebasan lahan. Setelah dilakukan pemeringkatan alternatif solusi menggunakan metode TOPSIS diketahui bahwa BWK 1 yang mencakup Kec. Cilegon, Kec. Citangkil, dan Kec. Purwakarta menjadi lokasi terpilih untuk pengembangan BSI di Kota Cilegon dengan bobot 0,563.