STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI KEJENUHAN DAN REMBESAN AIR TERHADAP BIOSEMENTASI PADA PASIR SILIKA
Abstract
Tanah pasir lepas merupakan jenis tanah berbutir kasar yang tidak memiliki daya lekat antar butiran dan cenderung memiliki kuat geser yang rendah karena hanya bergantung pada sudut friksi internal antar partikelnya. Hal ini yang membuat tanah pasir lepas sangat rawan terhadap kelongsoran dan keruntuhan sehingga perlu dilakukan perbaikan tanah. Microbially Induced Calcite Precipitation (MICP) merupakan salah satu inovasi perbaikan tanah dengan biosementasi yang menggunakan bakteri ureolitik sebagai bahan utama. Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi efektivitas yaitu jenis bakteri, ukuran butiran tanah, pemberian nutrisi, pemilihan larutan kimia, temperatur, tingkat pH, dan strategi injeksi. Namun, di lapangan adanya kandungan air dan rembesan air sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut akan pengaruh kandungan air dan rembesan air dalam tanah terhadap efektivitas biosementasi. Keberadaan air dalam tanah dapat mempengaruhi kemampuan bakteri memproduksi CaCO3 dalam jumlah yang sama pada kondisi tanah yang sama. Adanya rembesan air dapat meningkatkan jarak capaian bakteri melakukan sementasi karena bakteri yang diinjeksikan dapat terbawa dengan air yang merembes. Namun, kualitas hasil sementasi yang mengikat antar partikel satu dengan yang lain menjadi lebih rendah. Setelah sampel diberikan perlakuan injeksi maka sampel akan dilakukan analisis pola dsitribusi sementasi dengan cara mengekskavasi butiran sampel yang tidak tersementasi dengan metode archeological excavation yang kemudian diamati perubahan warna dan diukur jarak hasil sementasi serta berat volume. Selanjutnya akan dianalisis kandungan kalsium karbonat yang terkandung di dalam sampel dengan cara melakukan sampling pada beberapa bagian sampel dan dilarutkan dengan HCl. Didapatkan pola distribusi sampel yang bervariasi dari masing-masing sampel. Pola distribusi sementasi yang paling merata terdapat pada sampel dengan skenario setengah tinggi tersaturasi. Hal ini membuktikan bahwa kalsium karbonat lebih banyak terbentuk pada tingkat saturasi yang lebih rendah.