Analisis Perpindahan Moda Transportasi Dari Kereta Api Kelas Eksekutif ke Pesawat Terbang (Studi Kasus Rute Jakarta-Kediri)
Abstract
Kota Kediri terletak pada jalur transportasi yang menghubungkan beberapa kota di Jawa Timur, yaitu Surabaya dan Tulungagung, Surabaya dan Malang, serta Nganjuk. Saat ini beberapa jasa transportasi yang melayani dan menghubungkan antara Jakarta-Kediri dilayani oleh sebagian besar moda transportasi darat yaitu, kereta api, bus dan kendaraan peribadi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dari tahun ke tahun, secara kumulatif jumlah penumpang kereta api selama Januari hingga September 2023 mencapai 269,98 juta orang yaitu naik 40,07% dibanding periode yang sama pada tahun 2022 yang sebanyak 192,75 juta orang. Dengan tingginya peminat kereta api tersebut maka diperlukan moda transportasi lain yang dapat memenuhi kebutuhan Masyarakat salah satunya adalah pesawat terbang. Bandara Dhoho Kediri memiliki kapasitas penumpang sebesar 1,5 juta penumpang per tahun. Dengan kapasitas tersebut Bandara Udara Dhoho Kediri diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Masyarakat dalam mempertimbangkan pemilihan moda transportasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ketika Bandara Dhoho Kediri telah beroperasi secara menyeluruh akan terjadi perpindahan penumpang dari kereta api kelas eksekutif meuju pesawat udara dengan rute Jakarta-Kediri, mengetahui atribut apa saja yang menjadi pertimbangan pemilihan moda, model pemilihan moda, dan probabilitas pemilihan moda, serta mengetahu ATP dan WTP. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah model logit biner selisih dengan menggunakan atribut perjalanan waktu tempuh dan biaya perjalanan. Survei pada masyarakat dalam penelitian ini menggunakan metode stated preference. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pemilihan moda antara kereta api kelas eksekutif dan pesawat terban denga rute Jakarta-Kediri berdasarkan perbedaan waktu tempuh dan biaya perjalanan menghasilkan persamaan regresi yaitu U(P_KA-P_Pesawat)=5,79344+0,00839(TD)+1,46976×10^(-5) (CD). Dari pemodelan yang ada diperoleh R^2 sebesar 0,60367. Diperoleh juga nilai ATP rata-rata pada frekuensi perjalanan > 3 kali dalam sebulan sebesar Rp. 589.063, pada frekuensi perjalanan 1 – 3 kali dalam sebulan sebesar Rp 737.292, pada frekuensi perjalana > 3 kali dalam setahun sebesar Rp 4.338.393, dan pada frekuensi perjalana 1 – 3 kali dalam setahun sebesar Rp 5.007.068. Lalu nilai WTP pada waktu tempuh 100 menit dengan frekuensi perjalanan > 3 kali dalam sebulan sebesar Rp 1.350.000, pada frekuensi perjalanan 1 – 3 kali dalam sebulan sebesar Rp 1.275.000, pada frekuensi perjalana > 3 kali dalam setahun sebesar Rp 1.294.595 dan pada frekuensi perjalana 1 – 3 kali dalam setahun sebesar Rp 1.275.000.