Analisis Perpindahan Moda Pengguna Mobil Pribadi Terhadap Rencana Moda Mrt Rute Lebak Bulus – Pondok Cabe (Studi Kasus Jalan Ir.H.Juanda).
Abstract
Jakarta, ibu kota Indonesia, adalah pusat perdagangan, pemerintahan, dan kebudayaan nasional. Wilayah sekitarnya berkembang pesat, termasuk Kota Tangerang Selatan, yang menjadi penyangga Jakarta. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangsel 2011-2031, urbanisasi dan tekanan sosial ekonomi menyebabkan munculnya kawasan pemukiman baru. Menurut BPS Kota Tangsel, pada 2022 jumlah penduduk mencapai 1.365.688 jiwa dengan kepadatan 8.361 jiwa per km2. Jumlah kendaraan mobil penumpang 241.469, truk 29.989, dan sepeda motor 661.706. Volume kendaraan pribadi di ruas jalan I.R H. Juanda, penghubung Banten dengan Jakarta, sering menyebabkan kemacetan, terutama pada jam kerja. Pembangunan MRT rute Lebak Bulus–Pondok Cabe, yang akan beririsan dengan ruas jalan tersebut, diharapkan mampu mengurangi kemacetan dan mendorong masyarakat beralih ke transportasi umum. Pada penelitian ini metode yang akan digunakan adalah model binomial-logit selisih dan atribut perjalanan yang berpengaruh. Metode ini digunakan untuk memilih dua moda yaitu mobil pribadi dan MRT rute Lebak Bulus - Pondok Cabe. Atribut yang digunakan pada penelitian ini waktu tempuh, biaya perjalanan dan frekuensi perjalanan.Hasil dari penelitian ini yaitu didapatkan model pemilihan moda antara mobil pribadi dan MRT rute Lebak Bulus - Pondok Cabe berdasarkan perbedaan waktu tempuh (time different), perbedaan biaya perjalanan (cost different) dan frekuensi menghasilkan persamaan regresi yaitu U 0,337717484+(0,061278419 ×TD)+(0,000125839 ×CD)+(0,260329062 ×FR). . nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh dalam studi ini adalah 0,59577. Ini menunjukkan bahwa sekitar 59,57% dari variabilitas dalam pemilihan moda dapat dijelaskan oleh pengaruh atribut. Analisis menunjukkan probabilitas perpindahan pengguna mobil pribadi ke MRT sebesar 89% dan 76%. Dengan asumsi perpindahan 89%, derajat kejenuhan untuk arah Tangerang Selatan–Jakarta turun dari 1,06 menjadi 0,71 (tingkat pelayanan F menjadi D), dan untuk arah sebaliknya dari 0,99 menjadi 0,51 (tingkat pelayanan E menjadi C). Jika perpindahan 76%, derajat kejenuhan turun menjadi 0,77 dan 0,58, dengan tingkat pelayanan keduanya berubah menjadi D. Ini menunjukkan bahwa peralihan ke MRT dapat meningkatkan kinerja ruas Jalan I.R H. Juanda secara signifikan.