Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran 19 Lantai Dengan Kolom Miring Menggunakan Sistem Ganda
Abstract
Indonesia adalah negara kepulauan yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik besar:
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia. Akibat pergerakan
lempeng-lempeng ini, Indonesia sering mengalami bencana alam seperti letusan gunung
berapi, tsunami, dan gempa bumi yang bisa menimbulkan kerugian besar. Seiring waktu,
Indonesia terus berkembang dan kini terlihat pembangunan di berbagai wilayahnya. Dulu,
lahan yang luas mudah didapat dan bangunan umumnya terdiri dari 1 hingga 3 lantai.
Namun, saat ini, bangunan tinggi semakin banyak karena lahan yang terbatas. Bangunan bangunan tinggi ini memiliki bentuk dan struktur yang bervariasi berkat kemajuan
teknologi, kondisi lahan, perkembangan desain arsitektur, dan preferensi konsumen.
Biasanya, desain arsitektur disesuaikan dengan keinginan konsumen, seperti yang dibahas
dalam tugas akhir penulis mengenai kolom miring pada bangunan. Kolom miring kini
populer di kalangan konsumen karena alasan estetika. Yulianto (2008) menyatakan bahwa
posisi kolom miring bisa memberikan beban tambahan pada kolom di depannya,
menghasilkan momen yang besar. Perencanaan ini juga mematuhi standar seperti SNI
2847:2019, SNI 1726:2019, SNI 1727:2020, dan PPPURG 1987. Dalam analisis struktur
perencanaan ini digunakan balok induk dengan ukuran (600 x 1200), (700 x 1500), (500
x 900), (600 x 900), (500 x 800), dan balok anak (300 x 500), (400 x 600). Kolom yang
digunakan berukuran K1 (1200 x 1200), K2 (600 x 600), K3 (800 x 800), K4 (700 x 700),
KM1 (800 x 1200), dan KM2 (400 x 800). Tebal pelat lantai adalah 200 mm, sedangkan
pelat atap 150 mm.