PERANCANGAN STASIUN PERALIHAN ANTARA DALAM UPAYA PENANGANAN SAMPAH PERAIRAN DKI JAKARTA
Abstract
Kehadiran sampah perairan merupakan masalah lingkungan global dan menjadi perhatian bagi Pemeritah Daerah. Dimana, penanganan sampah laut atau sampah perairan yang tidaktepat, dapat mengakibatkan pencemaran dan kerusakan ekosistem pada perairan dan lingkungan hidup serta dapat membahayakan kesehatan manusia. DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia juga menghadapi masalah terkait dengan sampah perairan. Saat ini, sampah perairan dikumpulkan pada Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebelum dibawa menuju Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang. Karena banyaknya TPS yang harus disinggahi sebelum sampai di TPST dan jarak antara TPS dan TPST Bantar Gebang melebihi dari 25 km, hal ini akan menimbulkan masalah, seperti panjangnya antrian kendaraan pengangkut sampah untuk memasuki TPST Bantar Gebang, penumpukkan sampah dan lain lain. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperkuat dengan Permen PU No.03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, maka diperlukan sebuah sarana tempat pemindahan sampah dan sekaligus berfungsi untuk mengurangi volume sampah, yang disebut sebagai Stasiun Peralihan Antara (SPA). Ada tiga alternatif teknologi dalam perancangan SPA. Setelah dilakukan pemilihan alternatif menggunakan utility theory dan compromise program, diperoleh hasil bahwa teknologi prekompaktor memiliki nilai tertiggi atau menjadi alternatif terbaik untuk diterapkan. SPA diharapkan dapat menampung sampah hingga 3.300 m3/hari, dengan memilah sampah kedalam klasifikasi organik dan anorganik. Penerapan SPA akan memberikan keuntungan baik secara ekonomi dan lingkungan. Selain itu, SPA dilengkapi dengan bak penampung air lindi berkapaitas hingga 99 m3. Air lindi dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai alternative energi terbarukan.