dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara yang masih menggunakan bahan bakar fosil untuk
memproduksi listrik dalam bentuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Gas yang
dihasilkan oleh PLTU hanya dilepaskan ke lingkungan begitu saja tanpa melihat kandungan
gas yang ada pada flue gas tersebut, pada masalah perancangan pabrik saat ini adalah kadar
sulfur dioksida yang melewati standar baku mutu dimana flue gas yang dihasilkan adalah
sebesar 3.000 ton/jam dengan laju alir sulfur dioksida 49,16 ton/jam, dimana sulfur dioksida
tersebut harus dikelola menjadi produk.
Produk yang dihasilkan dari menggunakan sulfur dioksida adalah butadiena sulfon
yang biasanya digunakan untuk pembuatan sulfolan dan tetrahydrothiophen-1,1 dioxide
yang berguna sebagai solvent untuk proses ekstraksi alifataik. Untuk mencukupi pembuatan
produk yang sudah dinyatakan kualitas butadiena sulfon yang harus diproduksi adalah
dengan kemurnian 98%. butadiena yang dihasilkan pada prarancangan pabrik ini adalah
99,99% dengan kapasitas produksi 28.000 ton/tahun.
Pabrik didirikan didaerah Serang, Banten dengan luas area 408.439 m2 dan
beroperasi selema 330 hari per tahun. Bahan baku seperti sulfur dioksida dan 1,3-butadiena
dimana sulfur dioksida didapatkan dari flue gas dari PLTU Jawa 7 dan 1,3-butadiena
didapatkan dari Cina. Kebutuhan air yang diperlukan untuk proses dan domestik diperoleh
dari air laut sebanyak 10.0945 kg/jam.
Sulfur dioksida dilewatkan menuju absorber dan kolom distilasi dimana kemurnian
yang dihasilkan adalah 99,99%. 1,3-butadiena dan sulfur dioksida kemudian dialirkan
menuju reaktor alir tangki berpengaduk dengan konversi total konversi adalah 95%.
Berdasarkan analisis kelayakan pabrik butadiena sulfon tergolong layak dikerenakan
return of investment 21,89%. | en_US |