EVALUASI PROSES LOGISTIK PERKAPALAN PADA PENDISTRIBUSIAN MAKANAN MENGGUNAKAN NORMALISASI SNORM DE BOER DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) (STUDI KASUS PELABUHAN KALIJAPAT PT PERTAMINA HULU ENERGI OFFSHORE SOUTHEAST SUMATERA (PHE OSES)

Abstract

Evaluasi proses logistik perkapalan pada aspek pendistribusian makanan yang dilakukan di Pelabuhan Kalijapat Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) melingkupi dua objek kapal yaitu Kapal Giat Jaya dan Elok Jaya. Kapal Giat Jaya bertugas ke area South Business Unit (SBU) hingga Central Business Unit (CBU), sedangkan untuk Kapal Giat Jaya hanya bertugas ke area North Business Area (NBU). Masing – masing kapal mempunyai berbagai titik atau drop point yang telah ditentukan untuk pengantaran pasokan makanan sesuai titik koordinat. Melalui pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) kegiatan pendistribusian dikelompokkan sesuai karakteristik kegiatan, terdapat 10 Variabel yang sudah disesuaikan dengan karakteristik proses SCOR. Karakteristik tersebut melingkupi 4 proses yang terdiri dari Plan, Source, Make, Deliver, Return. Variabel tersebut adalah Waktu Siklus Perkiraan Perencanaan Pengiriman Pasokan Makanan, Biaya Pemesanan Pasokan Makanan dan Biaya Pengiriman Pasokan Makanan masuk ke dalam proses Plan, % Pesanan dari Supplier yang Terkirim ke Pelabuhan, Realita Waktu Siklus Pengiriman Pasokan Makanan dari Supplier ke Pelabuhan masuk ke dalam proses Source, Pengelompokan paket pasokan makanan masuk ke dalam proses Make, % Pesanan yang terkirim ke masing – masing kapal, jumlah pasokan makanan terkirim sesuai jumlah pekerja dan drop point, realita waktu siklus pengiriman pasokan makanan, masuk ke dalam proses deliver, dan waktu kembali kapal ke pelabuhan untuk pengantaran selanjutnya masuk ke proses return. Hasil persentase dari proses pendistribusian yang sudah ditentukan melalui variabel dan data kuisioner menunjukkan KPI 1-10 secara berturut turut secara rata-rata menghasilkan skor yaitu 72 untuk KPI1, 93 untuk KPI2, 67 untuk KPI3, 60 untuk KPI4, 75 untuk KPI5, 89 untuk KPI6, 71 untuk KPI7, 88 untuk KPI8, 91 untuk KPI9, dan 67 untuk KPI10. Berdasarkan hasil analisis yang didapat dari analisis metrik, diketahui nilai terendah terdapat pada KPI no.3,7,dan 10 yang mendapat nilai dibawah 70% atau bisa dikategorikan dengan predikat “Cukup”. Namun karena evaluasi ini diharapkan memberikan kinerja terbaik kedepannya, maka perlu dilakukan strategi agar ketiga variabel kinerja tersebut diharapkan meningkat ke predikat yang lebih tinggi. Untuk KPI3, yang didasari atas faktor Bad Weather and Over Cost, dilakukan staretegi Distribution Risk Management dengan mengkalkulasi seberapa besar kerugian yang akan terjadi dan bagaimana mencegah serta mengatasi kerugian tersebut. Untuk KPI7, yang didasari atas faktor Bad Weather, dilakukan strategi Weather Forecast dengan melakukan peninjauan data BMKG terkait kondisi cuaca pada waktu dan tempat dimana pendistribusian pasokan makanan berlangsung. Untuk KPI10, yang didasari atas faktor Over Time, dilakukan strategi Estimation Management and Timeliness , yaitu selain melakukan peninjauan data lewat BMKG, diperlukan manajemen estimasi dan ketepatan waktu terkait pendistribusian dari pick up point ke drop point.