dc.description.abstract | Arsitektur microservices telah menjadi sangat populer dalam beberapa tahun terakhir karena skalabilitas dan fleksibilitasnya, terutama dalam sistem berskala besar seperti Netflix dan Amazon. Namun, banyak proyek skala kecil dan menengah kesulitan menerapkan arsitektur ini secara efektif karena tingginya kompleksitas, biaya operasional, dan beban infrastruktur. Sebaliknya, sistem monolith meski lebih sederhana sering mengalami keterbatasan dalam hal skalabilitas dan maintainability seiring bertambahnya fitur. Oleh karena itu, pemilihan arsitektur menjadi keputusan yang sangat penting sejak awal siklus pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini mengusulkan pendekatan arsitektur Modular Monolith sebagai solusi antara monolith dan microservices. Melalui studi kasus aplikasi e-learning Tahsin App, penelitian ini mengevaluasi bagaimana desain modular monolith dengan JavaScript (Node.js) dan framework NestJS memengaruhi aspek maintainability, scalability, complexity, dan performance perangkat lunak. Pengujian dilakukan menggunakan JMeter (untuk performa), SonarQube (untuk analisis kode statis), dan Postman (untuk pengujian API). Hasilnya menunjukkan bahwa Modular Monolith dapat menjadi fondasi yang kokoh untuk pengembangan aplikasi yang modular dan scalable tanpa kompleksitas penuh dari microservices. | en_US |