Strategi Komunikasi Kitong Bisa Foundation Indonesia dalam Kampanye Program Makan Bergizi Gratis untuk Meningkatkan Literasi Baca-Tulis Di Merauke
Abstract
Sindyke Herti Permata, 106121010. Strategi Komunikasi Kitong Bisa Foundation Indonesia Dalam Kampanye Program Makan Bergizi Gratis Untuk Meningkatkan Literasi Baca-Tulis Di Merauke. Penelitian ini menganalisis strategi komunikasi yang diterapkan oleh Kitong Bisa Foundation (KBF) Indonesia dalam mengampanyekan Program Makan
Bergizi Gratis (MBG) untuk meningkatkan literasi baca-tulis anak di Merauke, Papua, dengan menggunakan tahapan Strategi Komunikasi dan diperkuat melalui kerangka Model Source, Message, Channel, dan Receiver. Model Stage of Change, Kerangka Kerja Komunikasi CSR, konsep Literasi Baca-Tulis, dan Teori Komunikasi Pembangunan. Melalui pendekatan kualitatif dengan studi kasus, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan Manajer Pendidikan dan
Manajer Komunikasi KBF Indonesia, serta analisis dokumen internal dan publikasi media online. Empat tema utama teridentifikasi: Pendekatan Komunikasi Berbasis Konteks Lokal dan Partisipasi Aktif Masyarakat, Pemanfaatan Isu Gizi sebagai
Katalisator Peningkatan Literasi Baca-Tulis dan Perubahan Perilaku, Kolaborasi Strategis Antara Tim Pendidikan dan Tim Komunikasi untuk Jangkauan MultiLevel, serta Tantangan Keberlanjutan dan Pembentukan Rasa Memiliki Jangka
Panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi KBF Indonesia dalam program MBG di Merauke mencerminkan praktik komunikasi pembangunan yang adaptif (menyesuaikan pesan, saluran, dan pendekatan dengan budaya serta kondisi lokal), partisipatif (melibatkan masyarakat sebagai aktor aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan program), dan terintegrasi (menghubungkan kerja tim pendidikan dan komunikasi dalam satu ekosistem penyampaian pesan yang
menyasar audiens lokal hingga nasional). Meskipun strategi ini dipersepsikan mampu meningkatkan literasi dan partisipasi masyarakat, temuan juga menunjukkan bahwa KBF Indonesia menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan jangka panjang program, terutama jika strategi komunikasi tidak dikelola secara konsisten setelah intervensi eksternal (kehadiran sponsor) berkurang.