dc.description.abstract | Mesir tengah menghadapi tantangan dalam transisi menuju energi bersih akibat meningkatnya permintaan domestik dan menurunnya ketersediaan gas alam yang selama ini menjadi sumber utama pembangkit listrik. Situasi tersebut mendorong Mesir menjalin kemitraan dengan Uni Eropa, yang di sisi lain membutuhkan diversifikasi pasokan energi dan memiliki kepentingan sejalan dalam pengembangan sumber energi terbarukan. Penelitian ini berfokus pada bagaimana Mesir melaksanakan kerja sama tersebut dalam mendorong pengembangan energi bersih, khususnya hidrogen hijau. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Data diperoleh dari berbagai sumber sekunder seperti laporan resmi pemerintah, publikasi organisasi internasional, pemberitaan media, dan artikel ilmiah. Analisis dilakukan secara deskriptif untuk menelaah peran aktor, bentuk keterlibatan, serta dampak kerja sama terhadap hubungan kedua pihak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kerja sama ini mencakup empat bentuk utama. Pertama, keterlibatan aktif pemerintah melalui penandatanganan nota kesepahaman dan penyusunan strategi nasional hidrogen rendah karbon. Kedua, pelaksanaan dialog bilateral dan multilateral yang membangun kepercayaan dan membuka peluang pendanaan serta transfer teknologi. Ketiga, kebijakan proaktif dan partisipasi dalam forum energi regional untuk memperluas jejaring kerja sama. Keempat, diplomasi publik yang melibatkan masyarakat, media, organisasi internasional, dan lembaga akademik guna memperkuat dukungan terhadap agenda transisi energi. Keempatnya membentuk kemitraan yang memperkuat posisi Mesir sebagai mitra penting Uni Eropa sekaligus mempercepat pencapaian target energi bersih secara berkelanjutan. | en_US |