Show simple item record

dc.contributor.authorLentari, Mutiara
dc.date.accessioned2020-11-10T08:10:24Z
dc.date.available2020-11-10T08:10:24Z
dc.date.issued2020-10-19
dc.identifier.urihttps://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/2436
dc.description.abstractPT Maju Teknik Utama Indonesia (MTU) merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi tabung baja Liquified Petroleum Gas (LPG), katup tabung baja LPG (valve), regulator bertekanan rendah dan selang termoplastik elastomer. Permintaan yang berfluktuasi menyebabkan PT MTU mengalami kendala dalam menentukan jumlah dan waktu pemesanan bahan baku serta penolong. PT MTU melakukan pemesanan hanya berdasarkan intuisi dari Kepala Seksi Inventory dan Kepala Seksi Production Planning and Control yang menyebabkan jumlah persediaan menjadi tidak optimal. Jumlah persediaan yang tidak optimal dapat dilihat dari stok bahan yang jumlahnya terlalu banyak (over-stock) atau terlalu sedikit (stock-out) jika dibandingkan dengan kebutuhannya pada periode tersebut. Stock-out dapat menyebabkan proses produksi terhambat, menimbulkan shortage cost, dan dapat menyebabkan permintaan tidak dapat dipenuhi sehingga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan. Over-stock dapat menyebabkan biaya penyimpanan menjadi tinggi, barang rusak karena penumpukan di gudang, dan perputaran dana terhambat. Data historis menunjukkan bahwa bahan penolong untuk memproduksi regulator yaitu O-Ring mengalami over-stock dan Diaphragm Retainer mengalami stock-out, sehingga diperlukan pengendalian persediaan untuk O-Ring dan Diaphragm Retainer dengan mempertimbangkan jumlah dan waktu pemesanan. Metode yang digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan adalah metode Min-Max dengan menentukan safety stock, minimum stock, maximum stock, jumlah pemesanan, reorder point, frekuensi pemesanan dan total biaya persediaan. Metode Min-Max digunakan karena PT MTU membutuhkan nilai persediaan minimum untuk menghindari stock-out dan nilai persediaan maksimum untuk menghindari over-stock. Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan bahwa total biaya persediaan menggunakan metode Min-Max untuk O-Ring adalah Rp 99,246,933.74 dan Rp 97,891,343.64 sedangkan jika menggunakan kebijakan perusahaan adalah Rp 94,543,274.35. Total biaya persediaan menggunakan metode Min-Max untuk bahan baku Diaphragm Retainer adalah Rp 39,719,893.95 dan Rp 43,867,882.54 sedangkan jika menggunakan kebijakan perusahaan adalah Rp 47,840,069.204. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Min-Max kurang tepat untuk diterapkan pada O-Ring, karena menyebabkan total biaya persediaan meningkat jika dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. Namun, metode Min-Max dapat diterapkan untuk mengendalikan persediaan bahan baku Diaphragm Retainer, karena dapat mengurangi total biaya persediaan sampai dengan Rp 8,120,175.254 atau sebesar 16.973%.en_US
dc.subjectMetode Min-Max, over-stock, stock-out, Total Biaya Persediaan, Pengendalian Persediaanen_US
dc.titleAnalisis Penerapan Metode Min-Max Pada Pengendalian Persediaan O-Ring dan Bahan Baku Diaphragm Retainer di PT Maju Teknik Utama Indonesia (MTU)en_US
dc.title.alternativeImplementation Analysis Of O-Ring and Diaphragm Retainer’s Raw Material Inventory control By Using Min-Max Method at PT Maju Teknik Utama Indonesia (MTUen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record