dc.description.abstract | Energi selalu merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan oleh negara-negara dalam memenuhi kepentingan masyarakatnya. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, kepedulian lingkungan, atau kebutuhan manusia akan energi ramah lingkungan, negara mulai berorientasi kepada transisi energi. Jepang merupakan salah satu negara yang berorientasi pada transisi untuk lebih mendayagunakan energi non-konvensional, terutama nuklir. Seperti yang dilakukan oleh Jepang, mereka mengalami transisi dari penggunaan energi konvensional ke energi non-konvensional. Dalam pengembangan energi non-konvensional, Jepang juga mengalami permasalahan yang berdampak langsung terhadap keamanan masyarakatnya. Hal ini dapat terlihat ketika bencana nuklir Fukushima Daiichi menimpa Jepang pada tahun 2011. Bencana ini menarik perhatian dunia, disamping karena adanya bencana tsunami yang terjadi. Negara-negara dan organisasi internasional memberikan perhatian mereka, dan salah satu organisasi internasional yang melihat permasalahan nuklir ini adalah International Atomic Energy Agency atau IAEA. Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis fungsi dari IAEA dalam mitigasi bencana nuklir Fukushima Daiichi. Penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Clive Archer mengenai organisasi internasional, kemudian konsep Disaster Management oleh Kentaro Nishimoto. Dalam menjalankan fungsinya, IAEA bekerja sama dengan Pemerintah Jepang dengan menggunakan tenaga ahli dan alat-alat serta informasi yang diperlukan untuk memitigasi bencana nuklir sesuai dengan beberapa fungsi yang dijabarkan oleh Cliver Archer mengenai Organisasi Internasional di antaranya adalah Rule Making, Rule Application, Information, Socializations, dan Operations. | en_US |