Desain Stabilitas Dinding Penahan Tanah Dalam Perencanaan Basement Dengan Menggunakan Metode Top-Down
Abstract
Dalam konstruksi gedung bertingkat, tentu diperlukannya perencanaan suatu area atau ruang untuk kebutuhan sarana parkir yang memadai. Kebutuhan lahan yang semakin meningkat namun ketersediaan lahan yang kian menurun membuat struktur bawah tanah multi basement menjadi solusi alternatif dalam memenuhi kebutuhan sarana parkir. Pemilihan metode konstruksi dalam pembangunan basement menjadi fokus utama dalam pertimbangan pengerjaan yang efisien dan sesuai dengan kondisi di lapangan. Metode konstruksi top-down merupakan metode konstruksi struktur bawah tanah yang proses pengerjaannya dimulai dari atas hingga ke dasar galian. Dinding diafragma dipasang sebelum dilakukannya proses galian yang bertujuan sebagai dinding penahan tanah sekaligus dinding dari basement tersebut. Untuk menjaga stabilitas dinding agar tidak terjadinya failure, digunakan batang penopang sementara yang disebut strut. Strut berfungsi sebagai tahanan bantu dinding sementara, sehingga kedalaman dan ketebalan dinding dapat lebih terkontrol. Perencanaan ini menggunakan program Plaxis V.20 dalam optimasi perencanaan dinding penahan tanah dengan nilai safety factor terkecil selama proses galian yang didapatkan sebesar 1,70 dengan SF akhir struktur sebesar 2,81. Kedalaman total dinding penahan tanah yang digunakan sebesar 13 m dengan ketebalan dinding sebesar 0,3 m. Terjadi penurunan angka keamanan struktur basement dalam perencanaan jangka panjang akibat kembalinya tegangan pori air excess, namun masih dalam batas aman struktur yaitu menjadi 2,76. Deformasi maksimum yang didapatkan sebesar 34,85 mm yaitu sekitar 0,39% dari kedalaman galian sehingga deformasi yang terjadi pada perencanaan optimasi ini tidak mengganggu bangunan disekitar proyek basement.