dc.contributor.author | Gabriella, Sharen Meilivia | |
dc.date.accessioned | 2021-02-19T01:31:30Z | |
dc.date.available | 2021-02-19T01:31:30Z | |
dc.date.issued | 2021-02-18 | |
dc.identifier.uri | https://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/3323 | |
dc.description.abstract | Industri Fast Fashion merupakan industri yang di dalamnya memiliki banyak permasalahan terkait buruh. Dalam melihat permasalahan ini, pada umumnya terjadi di dalam negara-negara dunia ketiga yang menjadi negara penghasil produksi. Banyaknya industri Fast Fashion yang masuk ke negara dunia ketiga ini memiliki dampak terhadap negara dan juga buruh yang bekerja di dalam industri tersebut. Bangladesh merupakan salah satu negara yang terjerumus dalam permasalahan terkait fenomena Fast Fashion. Dengan penggunaan teori neo- Marxisme, penelitian ini menyimpulkan bahwa Bangladesh sebagai negara periphery yang tidak dapat keluar dalam ketergantungan dari core. Adanya bantuan ekonomi seperti investasi asing yang membuat ketergantungan tersebut terus berlangsung. Serta hal ini menimbulkan dampak kepada buruh dari masuknya industri fast fashion sebagai perwakilan negara core. Sehingga hal ini membuktikan bahwa struktur tatanan dunia memiliki gap yang sangat jauh. | en_US |
dc.subject | Industri Fast Fashion, Bangladesh, neo-Marxisme | en_US |
dc.title | INDUSTRI FAST FASHION DALAM PERSPEKTIF NEO-MARXISME: STUDI KASUS BURUH FAST FASHION DI BANGLADESH | en_US |