dc.description.abstract | Pulau Sebatik sebagai daerah perbatasan yang terkendala aksesibilitas dan tidak diperhatikan dengan maksimal oleh pemerintah. Hal ini menyebababkan masyarakat di Pulau Sebatik sangat bergantung kepada negara tetangga Malaysia untuk memenuhi kebutuhannya. Ketergantungan tersebut tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Apabila ketergantungan ini terjadi dalam jangka panjang akan berdampak pada menurunnya rasa nasionalisme masyarakat dan mengancam pemisahan wilayah. Penulisan ini berusaha untuk memahami terkait rasa nasionalisme masyarakat di Pulau Sebatik melalui berbagai indikator a) dua kartu tanda penduduk, b) dua mata uang, c) ketergantungan ekonomi, d) penggunaan bahasa, e) pendidikan, f) partisipasi politik, g) perayaan HUT kemerdekaan RI, h) media digital, i) sikap terhadap kasus Ambalat, j) bela negara. Untuk menjawab indikator tersebut, penulis menggunakan tiga teori, yaitu teori konstruktivisme untuk memahami pola hubungan dan sejarah antara masyarakat di Pulau Sebatik dengan Malaysia, konsep 4A untuk memahami terkait upaya dan kendala Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dan kebijakan di Pulau Sebatik, dan terakhir adalah teori nasionalisme yang digunakan dalam memahami dan menganalisis terkait rasa nasionalisme masyarakat di Pulau Sebatik, di tengah ketergantungan ekonomi dengan Malaysia. Penelitian ini dibantu dengan sumber primer dari responden masyarakat Pulau Sebatik, dan sumber sekunder dari buku dan internet. Dapat disimpulkan bahwa meskipun masyarakat bergantung terhadap perekonomian Malaysia, tetapi rasa nasionalisme mereka tetap besar dan dengan tingginya rasa nasionalisme di Pulau Sebatik maka tidak mengancam pemisahan wilayah yang dipertanyakan dalam penelitian in | en_US |