dc.description.abstract | Sejak tahun 1980-an Tiongkok telah menerima impor sampah dari Eropa dan Amerika, perdagangan sampah ini berhubungan dengan perindustrian daur ulang di Tiongkok. Namun, pada tahun 2018 Tiongkok mulai memberlakukan kebijakan National Sword Tiongkok yaitu kebijakan pembatasan kuota impor sampah yang masuk ke Tiongkok, kebijakan ini berdampak terhadap laju ekspor-impor sampah negara-negara pengekspor dan pengimpor sampah di dunia. Sampah-sampah yang diekspor sebagian besar adalah sampah berbahan dasar plastik, kertas, kayu, dan besi. Pembatasan impor ini merupakan upaya kebijakan pemerintah Tiongkok untuk membatasi sampah-sampah yang masuk dan menghindari terjadinya ledakan sampah yang dapat mencemari lingkungan. Dengan adanya pembatasan tersebut, Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak dari kebijakan National Sword Tiongkok. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya memberikan gambaran mengenai dampak dari kebijakan pemerintah Tiongkok yaitu National Sword Tiongkok yang menyangkut keberlangsungan ekspor-impor sampah dunia yang berdampak pada keberlangsungan lingkungan terutama keadaan lingkungan di Indonesia. Dengan pandangan green theory yang menitikberatkan pada unsur ekologi atau lingkungan hidup, kebijakan National Sword Tiongkok menjadi salah satu kebijakan yang dibuat dengan latar belakang keseimbangan lingkungan namun memiliki dampak terhadap lingkungan negara lain sehingga perlu adanya pandangan yang kritis dalam menganalisis dampak dari suatu kebijakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga penulis dapat meneliti secara komprehensif dengan menggunakan data non-numerik dan penelitian terdahulu, yang didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah dan sumber-sumber resmi terpercaya. Hasil akhirnya, penelitian ini menunjukkan dampak dari kebijakan National Sword Tiongkok yang berkontribusi terhadap isu lingkungan terutama pada fenomena peningkatan intensitas limbah di negara Indonesia. | en_US |