ANALISIS SUMBER PEMERINTAH DAN INDIVIDU DALAM KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT KELUAR DARI THE JOINT COMPREHENSIVE PLAN OF ACTIONS (JCPOA) PADA TAHUN 2018
Abstract
Krisis nuklir Iran menyebabkan Amerika Serikat (AS) dan negara besar lainnya melakukan berbagai upaya diplomatik dan negosiasi untuk tujuan denuklirisasi Iran sejak tahun 2003. Proses negosiasi tersebut pada akhirnya menemukan solusi di tahun 2015 ketika AS dan negara anggota P5+1 lainnya yaitu Inggris, Perancis, Rusia, China, dan Jerman berhasil mecapai konsensus bersama dengan Iran di dalam sebuah kesepakatan nuklir yang dikenal sebagai the Joint Comprehensive Plan of Actions (JCPOA). Setelah tiga tahun diimplementasikan, pada tahun 2018 AS menarik diri dari kesepakatan nuklir tersebut dan menimbulkan pertanyaan besar atas alasannya mengingat JCPOA merupakan pencapaian diplomatik yang signifikan. Oleh karena itu, tulisan ini membahas lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan AS keluar dari JCPOA yang berakibat pada perubahan kebijakan luar negeri AS terhadap Iran sejak Presiden Trump mengindikasikan keinginannya untuk keluar dari JCPOA. Untuk mencapai penelitian tersebut, maka digunakan metode penelitian kualitatif. Adapun setiap data diperoleh dari studi literatur yang kemudian dianalisis dengan merujuk pada teori kebijakan luar negeri, konsep funnel causality utamanya governmental sources dan individual sources, serta konsep power dalam strategi kebijakan luar negeri AS. Melalui penelitian ini, ditemukan empat faktor penyebab keputusan AS keluar dari JCPOA. Pertama, pergantian presiden mendorong perubahan arah kebijakan luar negeri AS terhadap Iran. Kedua, Presiden Trump sebagai decision maker yang dominan di AS mampu memanfaatkan keunggulan presiden dengan baik sehingga kebijakan yang diambil dapat mengikuti preferensinya. Ketiga, kepribadian dan karakteristik Presiden Trump mampu mempengaruhi proses perumusan kebijakan. Keempat, JCPOA pada dasarnya tidak mampu memenuhi ekspektasi dari kepentingan nasional AS.