Analisis Material Reject Incoming dan In-process pada PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta
Abstract
PT Pertamina Lubricants PUJ memiliki fasilitas material warehouse yang digunakan sebagai tempat penyimpanan material non-hydro (material packaging) seperti botol, karton, capper, pail, BiOPP tape, dan stiker label atau biasanya disebut sebagai bahan baku pendukung untuk memproduksi pelumas dalam kemasan botol dan kemasan pail. Dalam proses penerimaan bahan baku pendukung di area material quality control (MQC), penerimaan bahan baku pendukung di area material warehouse sampai proses produksi pelumas selesai terdapat masalah yaitu banyaknya material reject atau produk rusak. Material reject tersebut terbagi menjadi dua yaitu material reject incoming ketika proses penerimaan di MQC yang menyebabkan efek domino bagi perusahaan seperti terhentinya produksi yang berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan dan material reject inprocess ketika proses penerimaan di material warehouse sampai proses produksi pelumas selesai yang menimbulkan biaya kerugian yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 238424194/tahun. Untuk dapat mencegah dan menyelesaikan masalah tersebut maka dilakukan analisis material reject incoming dan material reject inprocess. Yang dimulai dengan perhitungan pesentase material reject untuk setiap jenis material non-hydro, pembuatan diagram batang jumlah material reject untuk setiap jenis material non-hydro periode bulan, pembuatan diagram batang total jumlah material reject untuk setiap jenis material non-hydro periode tahun, perhitungan peta kendali p, pembuatan fishbone diagram, dan pembuatan kepner-tregoe potential problem analysis (KTPPA). Maka didapatkan hasil dari penelitian ini antara lain material non-hydro yang paling banyak reject di incoming yaitu capper sebesar 600000 unit, karton sebesar 304465 unit, stiker label 100000 unit, botol sebsar 39311 unit sedangkan material non-hydro reject di inprocess yaitu capper sebesar 58459 unit, stiker label sebesar 57953 unit, botol sebesar 20373 unit, karton sebesar 16640 unit, pail sebesar 577 unit, dan BiOPP tape sebesar 323 unit. Didukung dengan peta kendali p incoming dan inprocess di Pertamina Lubricants PUJ yang rata-rata masih belum terkendali. Dari hasil wawancara, kategori utama yang menyebabkan material reject incoming yaitu kesalahan pendistribusian vendor, kesalahan produksi vendor, kesalahan pengkalibrasian alat ukur, dan manual handling sedangkan kategori utama yang menyebabkan material reject inprocess yaitu tata kerja yang tidak sesuai standar di material warehouse, manual handling, forklift handling, human error, dan kerusakan karena mesin produksi. Kemudian dari fishbone diagram tersebut diberikan preventive action dan contingent action menggunakan KTPPA. Berdasarkan hasil analisisnya, penyelesaian material reject incoming yang wajib untuk diselesaikan yaitu pada bagian vendor dan penyelesaian opsionalnya yaitu pada bagian operator, sedangkan untuk material reject inprocess yang wajib untuk diselesaikan yaitu pada bagian kegiatan operasional di material warehouse dan penyelesaian opsionalnya yaitu pada bagian operator.