Show simple item record

dc.contributor.authorPratama, Ardine Ivanadhi
dc.date.accessioned2022-03-16T06:40:13Z
dc.date.available2022-03-16T06:40:13Z
dc.date.issued2022-03-16
dc.identifier.citationAPAen_US
dc.identifier.urihttps://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/5642
dc.description.abstractPenelitian ini tentang kebutuhan maintenance pada H2S removal unit yang memiliki fungsi signifikan pada industry pengolahan gas sebagai pemisah H2S dari gas alam untuk menjaga equipment terbebas dari korosi dan memenuhi spesifikasi sales gas. Selain itu, H2S removal unit terdiri dari sangat banyak equipment yang saling terhubung dan memungkinkan terjadinya kerusakan yang berefek pada faktor-faktor kesehatan manusia, lingkungan, dan finansial dari perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan failure finding pada unit H2S removal, melakukan analisis dari kegagalan menggunakan metode RCM, Melakukan studi mengenai dampak yang ditimbulkan oleh kegagalan dengan metode RPN, dan melakukan studi perencanaan kegiatan mitigasi menggunakan RCM decision diagram Metode yang digunakan sebagai penentuan tindakan maintenance yang digunakan pada H2S removal unit untuk menjawab kebutuhan tersebut adalah reliability centered maintenance (RCM). Dalam perumusan RCM, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan fungsi, kegagalan fungsi, mode kegagalan, penyebab kegagalan, dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan yang terjadi. Penentuan tindakan proaktif yang perlu dilakukan berdasarkan RCM decision diagram. Dan untuk mengetahui tingkat keparahan dari kegagalan yang terjadi, serta dapat memetakan tingkat tindakan maintenance yang dilakukan disusunlah risk priority number (RPN) yang tersusun dari severity, occurrence, dan detection. Hasil penelitian ini menunjukkan mode kegagalan yang paling sering muncul dengan persentase 32,39% adalah external leakage – process medium, dan mode kegagalan dengan nilai kemunculan terendah adalah structural deficiency dengan persentase 2,82%. Dan berdasarkan perhitungan RPN, didapatkan 0% mode kegagalan dengan kekritisan high, 81,69% mode kegagalan dengan kekritisan medium, dan 18,31% mode kegagalan dengan kekritisan low. Penentuan kekritisan bertujuan agar pihak perusahaan dapat memetakan kegagalan mana yang memiliki dampak besar terhadap proses produksi, hingga dapat dilakukan kegiatan maintenance yang sesuai untuk menjaga alat tersebut beroperasi dengan baiken_US
dc.language.isootheren_US
dc.subjectperawatan, RCM, FMEA, H2S removal unit, RPNen_US
dc.titleAnalisis Prediksi Kegagalan Menggunakan Metode Assesment Reliability Centered Maintenance (RCM) Pada H2S Removal Uniten_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record