Show simple item record

dc.date.accessioned2022-08-01T11:51:31Z
dc.date.available2022-08-01T11:51:31Z
dc.date.issued2022-08-01
dc.identifier.citationAPA Styleen_US
dc.identifier.urihttps://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/6258
dc.description.abstractKebijakan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah sangatlah panjang dan hubungan konfliknya dengan Iran masih belum menemukan titik akhir. Semenjak terpilihnya Trump sebagai presiden, langkah Amerika Serikat sangat agresif dalam menekan posisi Iran di Timur Tengah. Hal tersebut dipengaruhi kesatuan suara para pemangku kepentingan di ranah domestik. Kelompok Lobi Israel seperti AIPAC masih memegang kendali arah pengambilan keputusan pemerintah sehingga ada konsistensi kebijakan yang menguntungkan terkait kepentingan Israel, apalagi beberapa pejabat yang menduduki kursi di Kongres merupakan kelompok Partai Republik yang juga merupakan kubu penentang keras Presiden Obama yang sebelumnya masuk ke dalam sebuah perjanjian nuklir yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang telah disepakati pada tahun 2015 oleh negara-negara P5+1 bersama dengan Iran. Di samping itu, di bagian lingkaran dalam kepresidenan terdapat beberapa kementerian atau penasihat yang membantu memberikan opsi-opsi agar presiden mau memukul keras negara-negara pembangkang seperti Iran terkait nuklir itu sendiri misalnya John Bolton dan Mike Pompeo. Peran mereka sangat mendukung apalagi untuk sosok Trump yang juga memiliki pandangan buruk terhadap Iran. Kemudian, Iran dengan ambisi geopolitiknya ikut membentuk kebijakan-kebijakan yang diterapkan Amerika Serikat diantaranya kemunduran secara sepihak Amerika Serikat dari kesepakatan pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran saat ditemukan sedang menguji coba rudal balistik berjarak menengah (ICBM) di sebuah fasilitas dekat Shahrud, bagian timur laut Iran. Selain itu, Amerika Serikat telah menambah jumlah pasukan di basis-basis militernya di sekitar negara teluk dengan alasan keamanan setelah adanya dugaan kuat intelijen, melalui pernyataan resmi, bahwa Iran semakin gencar mendukung gerakan-gerakan separatisme, pemberontak, dan kelompok milisi Syiah yang telah mengusik sekutu-sekutu Amerika Serikat di kawasan yang salah satunya Israel. Maka, kepentingan Amerika Serikat adalah berusaha mempertahankan keamanan kawasan demi melindungi jalur pasokan minyak serta Israel sebagai salah satu sekutu dari ancaman Iran. Pada akhirnya, dengan alasan faktor domestik dan faktor geopolitik, Amerika Serikat memutuskan untuk membunuh Qasem Soleimani, Jenderal Pasukan Revolusi Iran (IRGC). Tulisan ini berusaha menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan keamanan Amerika Serikat dalam menekan Iran serta pengaruhnya di kawasan Teluk Persia dengan melihat proses perumusan kebijakan Amerika Serikat di ranah internasional dan ranah domestik, menggunakan Teori Two-level Games yang didukung dengan Konsep Geopolitik.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.titleFAKTOR KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM KEBIJAKAN KEAMANAN TERHADAP IRAN TAHUN 2018-2020en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record