dc.description.abstract | Sumber energi seperti minyak dan gas (migas) adalah kebutuhan penting bagi manusia yang menjadi hal fundamental dalam menjalankan kegiatan industri termasuk transportasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan dengan sektor maritim dan kelautannya yang kuat, merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi untuk saat ini dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2050 sebanyak 139% dari 1.66 juta barel oil per day dan 298% untuk produk gas yang sebesar 6.000 million standard cubic feet per day, tentunya menjadi bagian tak terpisahkan dalam siklus dan konsumsi energi dunia. Bentuk konsumsi energi kemaritiman tampak dalam mobilisasi kapal pengangkut migas di berbagai kawasan, termasuk ke dan dari sekitar Asia Tenggara baik yang terkait kebutuhan domestik maupun internasional
Indonesia. Saat ini, BPS mencatat bahwa sepanjang tahun 2015– 2021, terjadi fluktuasi nilai ekspor dan impor migas Indonesia yang menggambarkan konsistensi negara dalam menjaga ketahanan energi melalui aktivitas ekspor dan impor migas pada berbagai kondisi, baik kondisi/era normal, pandemi (Covid-19), dan bahkan new normal seperti saat ini. Kondisi ini menandakan bahwa logistik maritim khususnya untuk pengangkutan migas akan selalu diperlukan dalam menunjang segala jenis aktivitas industri. Terkait hal ini, PT Pertamina International Shipping (PIS) hadir sebagai salah satu perusahaan shipping yang bergerak disektor migas di Indonesia sekaligus sebagai Subholding Integrated Marine Logistics PT Pertamina (Persero) yang menjadi salah satu penghubung rantai pemenuhan kebutuhan energi domestik dan internasional. Penelitian ini difokuskan pada studi kasus jasa pengangkutan laut dan sewa kapal untuk PT XYZ berupa shuttle untuk pengangkutan kargo dengan rute Muara Teweh - RU V Balikpapan serta Floating Storage and Offloading (FSO) sebagai fasilitas penyimpanan tambahan atas tangki timbun yang dimiliki PT XYZ saat ini. Terkait hal ini, dilakukan analisis kebutuhan PT XYZ melalui penentuan freight cost menggunakan activity-based costing yang disertai dengan simulasi jadwal pengangkutan yang dijadikan sebagai landasan
penawaran penyewaan kapal atas permintaan atau opportunity yang dimiliki PIS untuk pengangkutan kargo milik PT XYZ. Terdapat 2 skenario pilihan yang meliputi simulasi penjadwalan dan perhitungan nilai freight cost yang digunakan sebagai opsi penawaran PIS kepada PT XYZ. Dari hasil perhitungan, dengan parameter minimasi nilai akhir freight cost yang ditawarkan, didapatkan bahwa skenario 1 merupakan skenario terbaik dengan mengalokasikan 1 kapal Self Propelled Oil
Barge (SPOB) dengan freight cost sebesar USD126,062.13 sedangkan skenario 2 menghasilkan freight cost sebesar USD174,223.55 per 12,000 bbls untuk setiap shipment. Berdasarkan simulasi, waktu operasional yang meliputi waktu loading, pengangkutan kargo, unloading hingga idle kapal untuk pengangkutan kargo PT XYZ dengan jumlah 10 kali shipment pada kedua skenario tersebut menghasilkan waktu operasional selama 284 hari dengan implikasi bahwa PT XYZ tidak
memerlukan FSO sebagai fasilitas tambahan atas tangki timbun yang dimiki saat ini. Dengan demikian, berdasarkan parameter keputusan terkait dengan besaran freight cost penawaran atas simulasi penjadwalan dan perhitungan freight cost pengangkutan kargo PT XYZ, dapat dikatakan bahwa proses operasional pengangkutan kargo akan optimal ketika PT XYZ dapat memaksimalkan penggunaan tangki timbun yang dimiliki saat ini dan melakukan pengangkutan kargo rute Muara Teweh - RU V Balikpapan dengan menggunakan 1 kapal SPOB. | en_US |