dc.description.abstract | Dalam sektor kesehatan, manajemen rantai pasok merupakan salah satu unsur penting karena dalam logistik alat-alat kesehatan dan produk farmasi, kepuasan pasien adalah fokus utama dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Salah satu permasalahan yang kerap terjadi dalam rantai pasok optik adalah pengendalian persediaan. Optik X adalah salah satu usaha mikro yang bergerak dibidang layanan kesehatan optometris. Model rantai pasok yang dimiliki oleh perusahaan ini adalah model rantai pasok tiga eselon, dimana Optik X berada pada tingkatan kedua pada rantai pasok. Dalam proses bisnis yang terjadi di Optik X, proses pemesanan lensa ke supplier tidak dilakukan berdasarkan prediksi permintaan. Proses penentuan jumlah persediaan pengaman di gudang penyimpanan serta penentuan titik pemesanan kembali juga masih memiliki akurasi yang cukup rendah. Hal ini ditandai dengan situasi over stock dan stock out yang masih kerap terjadi di perusahaan ini. Over stock menyebabkan produk rusak karena terlalu lama disimpan dan stock out menyebabkan permintaan tidak terpenuhi (lost sales). Lensa single vision dan bifocal adalah jenis lensa yang memiliki frekuensi over stock dan stock out yang paling tinggi sehingga kedua produk tersebut dipilih menjadi objek pada penelitian ini karena sifatnya yang critical. Untuk menyelesaikan permasalahan pada penelitian ini, dilakukan prediksi permintaan di masa mendatang menggunakan beberapa metode time series seperti model siklis, model tren siklis, dan model ARIMA. Digunakan perhitungan galat menggunakan MAPE, MAD, dan MSE untuk memilih model terbaik dalam melakukan peramalan dengan hasil galat terkecil. Dari hasil peramalan yang sudah dilakukan, didapatkan bahwa model peramalan yang terpilih untuk meramalkan permintaan lensa single vision dan bifocal di Optik X adalah model tren siklis dengan nilai galat sebesar 15,29% (MAPE); 538,333 (MAD); dan 466615 (MSE). Sehingga didapatkan rata-rata hasil peramalan pemenuhan kebutuhan selama 12 bulan kedepan untuk produk single vision dan bifocal adalah sebanyak 3528 pasang. Setelah melakukan prediksi permintaan, dilakukan perhitungan jumlah persediaan pengaman dengan service level 85%, 90%, dan 95%. Hasil peramalan permintaan dan perhitungan jumlah persediaan pengaman dengan 3 service level digunakan sebagai input untuk menentukan titik pemesanan kembali. Semakin tinggi service level yang ditetapkan, semakin besar jumlah persediaan pengaman, semakin cepat juga titik pemesanan kembali yang akan ditetapkan, dan begitu juga sebaliknya. Melihat kondisi perusahaan dan target yang sudah ditentukan oleh perusahaan, hasil perhitungan dengan service level 90% adalah service level yang paling memungkinkan untuk diimplementasikan. Proses peramalan permintaan, penentuan jumlah persediaan pengaman, dan penentuan titik pemesanan kembali pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 365 dan Minitab 21.3. | en_US |