Show simple item record

dc.contributor.authorWahyuningtyas, Astrid Nourindra Adelina
dc.date.accessioned2023-03-08T11:35:13Z
dc.date.available2023-03-08T11:35:13Z
dc.date.issued2023-02-06
dc.identifier.urihttps://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/8148
dc.description.abstractProgram pengembangan nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara menyebabkan ancaman bagi kestabilan regional khususnya di Asia Timur. Korea Utara sengaja mengembangkan program nuklirnya dengan tujuan mencapai kepentingan nasionalnya. Keluarnya Korea Utara dari Non-Proliferation Treaty (NPT) pada 2003 silam yang membuat hal ini akan semakin memburuk jika tidak segera ditangani. Adanya respon dari hal tersebut maka dibentuklah Six Party Talks (SPT) dengan tujuan untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara yang ditangani dengan proses negosiasi. Namun, seiring berjalannya waktu forum ini dirasa kurang efektif dalam mewujudkan denuklirisasi sehingga menyebabkan bubarnya SPT. Latar belakang dari kegagalan SPT diantaranya ialah adanya kepentingan nasional masing-masing negara anggota SPT, konsep self-help Korea Utara, dan sistem internasional yang anarki. Pembahasan lebih lanjut pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan teori pendekatan neo-realisme. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa sifat provokatif Korea Utara menurut pandangan neo-realisme ialah mengutamakan senjata sebagai alat untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Terlebih neo-realisme juga menganggap bahwa kerja sama multilateral tidak efektif untuk menyelesaikan suatu konflik.en_US
dc.publisherAstrid Nourindra Adelina Wahyuningtyasen_US
dc.subjectKorea Utara, Nuklir, Kegagalan Six Party Talks, Neo-Realismeen_US
dc.titleKEGAGALAN FORUM MULTILATERAL SIX PARTY TALKS DALAM UPAYA MEWUJUDKAN DENUKLIRISASI ATAS ISU NUKLIR KOREA UTARAen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record