dc.description.abstract | Pipa dan/atau kabel bawah laut merupakan salah satu infrastruktur strategis yang berperan sebagai
pendukung utama pertumbuhan ekonomi nasional dan menjadi salah satu kontributor penerimaan
yang cukup besar bagi negara. Namun, sayangnya penataan pipa dan/atau kabel bawah laut belum
teratur dan pemerintah mengalami kesulitan dalam memanfaatkan ruang laut secara maksimal.
Indonesia sedang melakukan penataan pipa dan/atau kabel bawah laut yang bertujuan untuk menata
ruang wilayah laut Indonesia agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Penataan pipa dan/atau kabel
bawah laut menjadi tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Untuk penataan pipa dan/atau kabel bawah laut, kegiatannya mencakup perencanaan, penggelaran,
pengawasan, dan pengendalian. Lebih lanjut, kabel telekomunikasi adalah kabel yang digunakan
untuk keperluan komunikasi karena dapat mengirimkan sinyal secara instan dan menggunakan
teknologi serat optik, sehingga transmisi data dapat bergerak dengan kecepatan yang sangat cepat
melalui serat kaca tipis ke reseptor di ujung kabel. Kabel fiber optik bawah laut ini cukup krusial
karena kabel tersebut memegang peranan yang sangat penting sebagai jalur penghubung komunikasi
di dunia saat ini. Dalam pelaksanaannya, kegiatan penggelaran kabel ini melibatkan mesin
berteknologi tinggi, sumber daya manusia yang ahli, dan dilakukan di area kerja yang berisiko tinggi,
yaitu di laut. Atas dasar hal tersebut, maka potensi risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi terbilang
cukup tinggi. Mengingat tingginya potensi risiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proses
penggelaran kabel yang membutuhkan teknologi canggih dan melibatkan sumber daya manusia, serta
dilakukan di area kerja yang berisiko tinggi, yaitu di laut, sistem keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) menjadi salah satu aspek dalam rangka mencapai produktivitas kerja yang optimal. Metode
identifikasi bahaya yang digunakan pada kegiatan kerja praktik ini adalah Job Safety Analysis (JSA).
Aktivitas yang dianalisis dalam Job Safety Analysis (JSA) terkait potensi kecelakaan dan tingkat
risikonya, yaitu aktivitas pemasangan rute kabel di daerah rawa, aktivitas penarikan kabel, dan
aktivitas penguluran kawat/tali/sling. Setelah bahaya diidentifikasi dengan menggunakan metode
JSA, selanjutnya kita perlu mengidentifikasi hasil identifikasi tersebut sudah tepat atau belum dengan
menggunakan metode Plan – Do – Check – Action (PDCA). | en_US |