Show simple item record

dc.contributor.authorBestari, Artanti Aulia
dc.date.accessioned2023-08-14T03:29:41Z
dc.date.available2023-08-14T03:29:41Z
dc.date.issued2023-08-09
dc.identifier.citationAPA Styleen_US
dc.identifier.urihttps://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/9530
dc.description.abstractDalam perencanaan ini, bendungan yang dibangun adalah bendungan tipe urugan tanah. Berdasarkan SNI 8065:2016, rembesan dapat mengakibatkan keruntuhan bendungan urugan di dunia sebesar 38%. Hal ini disebabkan adanya kemampuan batuan pada fondasi bendungan dalam meloloskan air yang berbeda-beda bergantung dari permeabilitas yang dapat dilihat dari nilai lugeon. Pada kondisi geologi teknik bendungan, ditemukan nilai lugeon yang dapat mencapai lebih dari (> 20) melebihi batas yang diizinkan oleh Ditjen SDA 2005 yaitu sebesar ≥ 5. Sedangkan pada proyek yang ditinjau, nilai lugeon tidak melebihi batas yang diizinkan yaitu sebesar ≥ 3. Hal ini tentu membuat adanya ruang kosong seperti celah pada batuan yang dapat mengakibatkan retakan dan rekahan sehingga menyebabkan adanya tekanan air pori. Untuk mencegah hal tersebut, maka bendungan perlu dipasang grouting. Ditambah letak geografis Indonesia yang berada pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia yang menyebabkan Indonesia rawan terhadap gempa, apabila bendungan dibangun pada daerah yang memiliki tingkat kegempaan tinggi menyebabkan bendungan mengalami deformasi, kegagalan geser, guling dan kehilangan kekuatan dari material tubuh atau fondasi bendungan. Untuk mencegah hal tersebut, bendungan harus didesain terhadap beban Operating Basis Earthquake (OBE) dan Maximum Desain Earthquake (MDE). Perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis rembesan dan keamanan lereng adalah GeoStudio program Seep/w dan Slope/w, sedangkan analisis stabilitas gelobal dan deformasi menggunakan Plaxis. Desain dimensi bendungan berupa tinggi jagaan setinggi 5 meter dan lebar puncak 10 meter didasarkan pada SNI 8062:2015. Sedangkan pemilihan material bendungan didasarkan pada SNI 8064:2016. Dari hasil perancangan dan analisis didapat angka keamanan lereng kritis terjadi pada saat kondisi muka air banjir dengan koefisien beban gempa maksimum sebesar 1,040. Sedangkan pada kondisi surut cepat, didapat angka keamanan lereng kritis dengan koefisien beban gempa maksimum sebesar 1,1. Angka keamanan tersebut masuk dalam batas angka keamanan izin yaitu 1. Rembesan dapat diatasi dengan pemasangan grouting dengan spasi 2 meter dan kedalaman curtain grouting sebesar 30 meter yang menghasilkan debit rembesan paling besar 0,234 m3/s pada muka air banjir, dimana debit rembesan tersebut masuk dalam batas debit rembesan izin yaitu 0,25 m3/s dan 0,258 m3/s. Deformasi vertikal dan horizontal terbesar terjadi pada muka air banjir dengan gempa yaitu sebesar 0,122 meter dan 0,126 meter. Deformasi tersebut masuk dalam batas deformasi izin yaitu 1% dari tinggi bendungan yaitu 0,36 meter.en_US
dc.subjectAngka Keamanan, Deformasi, Grouting, Operating Basis Earthquake (OBE), Maximum Design Earthquake (MDE), Nilai Lugeonen_US
dc.titlePEMASANGAN GROUTING (SEMENTASI) PADA BATUAN DASAR FONDASI BENDUNGAN URUGAN UNTUK MEMPERBAIKI REMBESAN DAN STABILITAS DAYA DUKUNG BENDUNGAN YANG DIPENGARUHI BEBAN GEMPAen_US
dc.title.alternativePEMASANGAN GROUTING (SEMENTASI) PADA BATUAN DASAR FONDASI BENDUNGAN URUGAN UNTUK MEMPERBAIKI REMBESAN DAN STABILITAS DAYA DUKUNG BENDUNGAN YANG DIPENGARUHI BEBAN GEMPAen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record