Analisis Bahaya Tsunami Berdasarkan Sea Level Rise dan Land Subsidence Dengan Metode Probabilistic Tsunami Hazard Assessment (PTHA): Studi Kasus Jakarta
Abstract
Jakarta merupakan ibu kota Indonesia dan megacity terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk DKI Jakarta mencapai 10,64 juta jiwa. Wilayah Jakarta berada di pulau Jawa yang dekat dengan zona subduksi Lempeng Eurasia dan Indo-australia yang rentan akan terjadinya tsunami. Tak hanya masalah itu, Jakarta juga membutuhkan solusi cepat untuk mengatasi masalah penurunan tanah (land subsidence) dan kenaikan permukaan laut (sea level rise). Maka dari itu penelitian ini bertujuan unutk menentukan nilai kondisi awal (initial condition) dari proses pembangkitan tsunami, ketinggian dan periode ulang 500, 1000, 2000 dan 5000 tahun terjadinya gelombang tsunami dengan analisis PTHA serta analisis pengaruh adanya sea level rise dan land subsidence terhadap tinggi gelombang tsunami di wilayah Jakarta. Penelitian ini dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi masyarakat terkait resiko bahaya tsunami yang ada di wilayah Jakarta. Sehingga pemerintah dapat membuat rencana mitigasi bencana untuk melindungi masyarakat di wilayah Jakarta akibat gelombang tsunami. Metode penelitian berdasarkan metode Probabilistic Tsunami Hazard Assessment (PTHA) dan dilakukan simulasi dengan COMCOT. Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan kemungkinan tinggi maksimum tsunami pada kondisi sea level rise dan land subsidence sebesar 0.9 meter di titik 8 pada periode ulang 500 tahun, 2.5 meter di titik 8 pada periode ulang 1000 tahun, 3.9 meter di titik 8 pada periode ulang 2000 tahun dan 5.9 meter di titik 8 pada periode ulang 5000 tahun. Juga didaptkan bahwa dengan adanya pengaruh sea level rise & land subsidence dapat membuat dampak ketinggian tsunami lebih dari dua kali lipat dari kondisi sebelumnya. Dimana dengan adanya pengaruh sea level rise & land subsidence dapat memberi dampak ketinggian tsunami jauh lebih besar serta bahaya tsunami dapat meningkat secara drastis.