Analisis Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence) Terhadap Bahaya Tsunami di Wilayah DKI Jakarta Berdasarkan Skenario Patahan Selat Sunda dan West Central Java.
Abstract
Secara geografis, Indonesia berada pada jalur “Cincin Api” yang terbentuk akibat aktivitas pergerakan lempeng tektonik. Pergerakan lempeng tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa sehingga rawan terjadinya gempa dan tsunami. Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu kota negara Indonesia dan menjadi pusat pemerintahan, bisnis, keuangan nasional dan industri di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta termasuk salah satu kota di dunia yang paling cepat tenggelam. Hal ini dikarenakan Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan muka tanah akibat pengambilan air tanah secara masif. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penurunan muka tanah terhadap tinggi gelombang tsunami di wilayah DKI Jakarta berdasarkan Skenario patahan Selat Sunda dan West Central Java. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probabilistic Tsunami Hazards Assessment (PTHA). Lalu, dilakukan simulasi dengan pemrograman Cornell Multigrid Coupled Tsunami (COMCOT) untuk melihat pembangkitan gelombang awal dan proses penjalaran ketinggian tsunami. Berdasarkan hasil analisis PTHA dalam kondisi eksisting dan kondisi penurunan muka tanah, diperoleh nilai ketinggian tsunami rata rata pada titik lokasi tinjauan ke-4, ke-6, ke-7 dan ke-8 sebesar 0.1 hingga 1.2 meter. Sedangkan, untuk kondisi penurunan muka tanah nilai ketinggian tsunami ialah sebesar 0.7 hingga 4.6 meter dalam rentang periode ulang 500, 1000, 2000 dan 5000 tahun. Selain itu, analisis PTHA juga menghasilkan kurva bahaya titik lokasi tinjauan ke-4, ke-6, ke-7 dan ke-8. Dengan adanya efek penurunan muka tanah yang terjadi di wilayah DKI Jakarta, ketinggian tsunami yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan kondisi eksisting. Sehingga, dampak yang ditimbulkan akibat efek penurunan muka di wilayah DKI Jakarta akan semakin besar pula dibandingkan kondisi eksisting.