Studi Mekanisme Reaksi Pembentukan Struktur Nitrogen Pirolik pada Carbon Dots dari Asam Sitrat dan Urea Menggunakan Density Functional Theory (DFT)
Abstract
Red carbon dots (red-CDs) kini tengah berkembang seiring dibutuhkannya
pencitraan tiga-dimensi jaringan dalam tubuh, terutama pada red-CD yang
berpendar pada daerah near-infrared pertama (first-NIR) (700-1700 nm).
Kemampuannya akan visualisasi jaringan sel lebih dalam, penekanan
hamburan foton, dan pengurangan tissue autofluorescence menjadi daya tarik
utama red-CDs. Terlebih lagi, red-CDs yang dibentuk dengan metode bottom-
up berbasis bahan natural yang dikenal oleh tubuh, menambah
biokompabilitas terhadap jaringan tubuh yang ditargetkan. Sifat-sifat tersebut
dapat dicapai salah satunya melalui penambahan gugus N-pirolik dan N-
piridinik. Melalui penelitian ini dilakukan studi elusidasi dan mekanisme
reaksi pembentukan gugus tersebut berbasiskan asam sitrat dan urea.
Berdasarkan perhitungan optimasi geometri berbasis DFT dengan
menggunakan metode pirolisis diperoleh reaksi pembentukan terjadi
plausibel pada produk CDs N-pirolik dan tidak plausibel pada pembentukan
produk CDs N-piridinik. Dan pada metode pirolisis tersebut juga diperoleh
nilai yang paling plausibel dalam pembentukan CDs N-pirolik dibandingkan
dengan dua jenis metode lainnya (hidrotermal dan solvotermal) dengan nilai
(-35.7331 kJ/mol). Berdasarkan perhitungan energi berbasi TD-DFT diperoleh puncak absorbansi UV-Vis pada produk CDs N-piridinik
menunjukkan efek konstruktif yang disebabkan oleh gugus ester terhadap
C=O amida yang menyebabkan puncak panjang gelombang maksimum lebih
bergeser merah pada nilai 217 nm dibandingkan yang dihasilkan oleh gugus-
gugus pada produk CDs N-pirolik. Sedangkan pada spektrum produk CDs N-
pirolik pada metode solvasi (solvotermal) dengan pelarut aprotik DMSO
(284.5 nm dan 351.1 nm) diperoleh puncak dan bahu akibat dari eksitasi
n→π* ikatan C=O amida dan n→π* pada gugus C-N/C=N yang mengalami
pergeseran paling merah. Hal tersebut didukung oleh data hasil perhitungan
gap energi yang menunjukan nilai tersempit diperoleh jenis solvasi
menggunakan pelarut aprotik DMSO dengan nilai gap antara HOMO dan LUMO
5.0 eV.