dc.description.abstract | Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif dalam menghasilkan minyak dan gas. Produksi minyak dan gas di Indonesia telah mencapai 1.592.000 barel setara minyak per hari (BOEPD) (ESDM, 2021). Di Indonesia selain ditemukan beberapa jebakan migas pada bawah permukaan yang dalam ditemukan juga beberapa adanya sumber gas pada bawah permukaan di kedalaman yang dangkal, keberadaan sumber gas dangkal dapat terjadi akibat adanya migrasi hidrokarbon maupun akibat adanya aktifitas bakteri (gas biogenik). Gas dangkal dapat menjadi prospek dalam eksplorasi hidrokarbon jika bernilai ekonomis, namun gas dangkal juga dapat menjadi bencana jika tidak diketahui keberadaanya saat melakukan pengeboran. Metode seismik umumnya digunakan untuk eksplorasi migas, sehingga telah banyak survei seismik 3D yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Analisa yang dilakukan pada seismik umumnya dilakukan pada target utama yang dalam. Namun, pada penelitian kali ini penulis melakukan Analisa data seismik 3D pada kedalaman yang dangkal, hal tersebut dilakukan untuk melihat keberadaan gas pada kedalaman dangkal. Gas dangkal umumnya memiliki karakteristik seperti adanya brightspot, velocity push down, dan gas chimney. Oleh karena itu analisa yang dilakukan pada kali ini adalah analisa atribut berbasis amplitudo. Dimana amplitudo merupakan atribut dasar dari seismik, atribute amplitudo dan turunanya diturunkan bedasarkan perhitungan statistic. Atribut seismik berbasis amplitudo juga merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk memahami keberadaan hidrokarbon atau lerap disebut direct hydrocarbon indicator (DHI). Penelitian kali ini identifikasi persebaran gas dangkal dilakukan pada lapangan “XYZ” yang terletak pada Cekungan Sunda daerah Offshore Southeast Sumatra (OSES), hal ini dikarenakan adanya temuan gas dangkal pada cekungan asri yang dekat dengan cekungan sunda. Bedasarkan analisa atribut amplitudo yang dilakukan anomali gas dangkal berada pada formasi cisubuh. | en_US |