ANALISIS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL BONGKAR MUAT MENGGUNAKAN METODE FMEA DAN SCAMPER DI PT XYZ (STUDI KASUS: TERMINAL PETI KEMAS YZ)
Abstract
PT XYZ merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor perhubungan yang dengan wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola seluruh pelabuhan umum di kawasan Timur Indonesia. Penulis melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan risiko operasional pada kegiatan operasional bongkar muat di Terminal Peti Kemas YZ, dan memberikan usulan alternatif penanganan dan pengendalian risiko operasional bongkar muat di Terminal Peti Kemas YZ. Identifikasi risiko dan penilaian risiko menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan analisis SCAMPER (Subtitute, Combine, Adapt, Modify, Magnify, Minfy, put the other use, Eliminate, Rearrange) untuk mitigasi risiko. Metode FMEA dapat memperhitungkan nilai risiko dari severity, occurrence, detection menggunakan Teknik kualitatif yang nantinya akan mendapatkan nilai RPN (Risk Priority Number) untuk mendapakan prioritas mana yang memerlukan perbaikan dari nilai RPN tertinggi. Berdasarkan hasil Analisa yang sudah di dapatkan prioritas pertama pada variabel kegagalan proses dengan indikaor pengawasan HSSE untuk sub indikator lift on / lift off kontainer dengan nilai RPN 448, prioritas kedua yaitu pada variabel kegagalan pekerja dengan indikator pengelolaan SDM dengan sub indikator kegiatan operasional dilakukan pada malam hari sebesar 448, dan prioritas ketiga yaitu variabel kegagalan internal dengan indikator kegiatan operasonal sub indikator Alat material handling belum disiapkan dengan baik nilai sebesar 343. Alternatif atau usulan perbaikan terbaik yang dapat diterapkan Perusahaan pada prioritas pertama usulan rekomendasi perbaikan yaitu mengkombinasikan antara penggunaan RTG dengan Reach stacker pada proses lift on / lift off serta melakukan perencanaan ulang terhadap waktu tunggu truk yang akan dilakukan proses lift on / lift off agar mengefisiensi waktu tunggu pada proses tersebut. Dan juga pihak perusahaan menambah porsenil untuk mengatur dan mengontrol terkait aktivitas tersebut.