dc.description.abstract | Saat pelaksanaan kerja praktik di PT Pertamina EP Zona 7 Tambun Field, perusahaan menghadapi tantangan dalam memonitor proses produksi karena tidak berfungsinya distributed control system (DCS). Operator harus melakukan pemantauan manual yang meningkatkan risiko human error, menurunkan efisiensi operasional, dan berpotensi fatal pada compressed air supply system. Untuk mengatasi masalah ini, tim Reliability, Availability and Maintainability (RAM) merancang early warning system (EWAS) untuk memberikan peringatan dini jika tekanan udara pada tangki turun di bawah 80 Psi. Namun, EWAS memiliki keterbatasan dalam jarak, bergantung pada kepekaan operator di lapangan, dan bersifat semi otomatis karena masih memerlukan intervensi operator untuk mematikan air horn.
Oleh karena itu, penulis mengusulkan perancangan sistem APNEWS untuk memonitor tekanan udara, status dari screw air compressor jika terjadi overpressure, overheating dan high vibration serta mendeteksi jika ada kebocoran flammable gas kepada operator dan teknisi melalui mobile. Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah perbandingan dengan parameter di industri/ alat ukur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa monitoring pressure memiliki hasil yang baik dengan rata-rata galat sebesar 0,63 psi dengan persentase 0,79 %. Untuk monitoring temperature rata-rata galat sebesar 0,82 C dengan persentase eror 2,34 %. Sedangkan vibration monitoring denga rata-rata galat 0,0097 G dengan persentase eror 19,48%, serta sistem gas leaks detection dapat mendeteksi gas dan memberikan warning ketika konsentrasi gas diatas 300 ppm. | en_US |