dc.description.abstract | Sulawesi merupakan wilayah dengan aktivitas tektonik dan seismik yang tinggi karena letaknya berada di complex junction yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Laut Filipina. Selain itu, juga terdapat kurang lebih 48 sesar aktif yang tersebar di pulau tersebut. Studi komprehensif Sabtaji (2020) untuk wilayah Sulawesi Selatan memiliki frekuensi kejadian gempa sebanyak 1280 pada periode 2009 – 2019. Salah satu diantaranya yaitu gempa yang terjadi pada 22 Desember 2015 yang berpusat di laut 63 km Barat Laut Takalar dengan magnitudo 4.9 M dan kedalaman 10 km. Gempa tersebut dirasakan di tiga wilayah yaitu Kabupaten Takalar, Kabupaten Gowa, dan Kota Makassar. Selain itu, juga terdapat gempa di Laut Flores pada 14 Desember 2021 dengan magnitudo 7.4 M dan kedalaman 10 km. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi bahaya dan meminimalisir dampak dari bencana gempa bumi. Penelitian ini berisikan empat topik yang berbeda menggunakan metode Maximum Likelihood; diagram wadati; pendekatan empiris GMPE Esteva (1970), Donovan (1973), Katayama (1974), McGuire (1974) & McGuire (1977), dan Li et al. (2009); serta metode HVSR (Horizontal To Vertical Spectral Rasio). Hasil penelitian topik pertama menunjukkan nilai PGA untuk Kota Makassar menggunakan rumus empiris Katayama (1974) dengan rentang nilai 0.9836%g – 2.1239 %g memberikan hasil yang paling mirip dengan shake map BMKG yang memiliki rentang nilai 0.3%g – 2.8%g. Kemudian topik kedua menunjukkan b-value wilayah Sulawesi dan Maluku periode Juni – Agustus 2023 secara umum yaitu 0,5 dengan standar error 0,01 dan a-value 4,436 serta nilai magnitude of completeness sebesar 2,8. Korelasi stress yang tinggi dengan b-value yang relatif rendah jelas terlihat, sehingga wilayah Sulawesi dan Maluku cenderung mengalami gempa-gempa kecil dengan intensitas yang cukup sering dan memiliki potensi untuk mengalami gempa bumi besar dengan magnitudo yang signifikan. Topik ketiga memiliki hasil rasio Vp/Vs untuk event gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat berada pada rentang 1,788 - 1,8972 dan tergolong tinggi sehingga diinterpretasikan bahwa daerah sekitar event gempa bumi memiliki karakteristik batuan yang keras atau padat. Sementara topik keempat memberikan hasil nilai PGA di RSUD Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng, Sulawesi Selatan berada pada rentang 12,0231791 gal – 22,3970499 gal dengan intensitas II – IV MMI sehingga termasuk pada tingkat resiko yang KECIL. | en_US |