dc.description.abstract | Respons Amerika Serikat di Bawah
Pemerintahan Donald Trump Terhadap Pengembangan Nuklir Iran Tahun (2017-
2021).
Penelitian ini mengeksplorasi respons Amerika Serikat terhadap pengembangan
nuklir Iran pada era Presiden Donald Trump. Berakhirnya Perang Dingin dan
perkembangan teknologi telah menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh senjata
pemusnah massal, termasuk senjata nuklir. Upaya internasional untuk membatasi
proliferasi nuklir diwujudkan melalui Traktat Non-Proliferasi Senjata Nuklir
(NPT). Namun, Iran tetap menjadi fokus perhatian karena upaya mereka dalam
meningkatkan pengayaan uranium. Pada tahun 2021, Iran mulai meningkatkan
pengayaan uranium hingga 60 persen, mendekati tingkat yang sesuai untuk
pengembangan senjata nuklir. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
dengan studi pustaka untuk menganalisis kebijakan dan tindakan yang diambil
oleh pemerintahan Trump. Data dikumpulkan dari berbagai sumber sekunder,
termasuk laporan resmi, artikel jurnal, dan publikasi dari lembaga penelitian
terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Trump mengambil pendekatan yang
lebih agresif dibandingkan dengan pendahulunya, terutama dengan menarik diri
dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada Mei 2018. Pemerintahan
Trump memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi yang keras dan bekerja sama
dengan sekutu di Timur Tengah untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa strategi "tekanan maksimum" yang
diterapkan oleh Trump bertujuan untuk memotong aliran pendapatan Iran yang
dapat digunakan untuk program nuklir dan aktivitas militernya. Selain itu, langkah
diplomasi publik yang mengekspos pelanggaran hak asasi manusia di Iran
diharapkan dapat mengurangi dukungan domestik terhadap rezim. | en_US |