dc.description.abstract | Difenilamin merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai intermediate dalam proses
pembuatan karet karena memiliki sifat antioksidan. Senyawa ini merupakan senyawa turunan dari
anilin. Kegunaan lain Difenilamin adalah sebagai stabilisator elastomer, bahan baku nitroselulosa
dan nitrogliserin, dan sebagai perantara warna. Namun, tingginya kebutuhan akan difenilamin
tersebut tidak berbanding lurus dengan jumlah pabrik yang memproduksi difenilamin, sehingga
Indonesia tercatat masih melakukan impor hingga saat ini. Dengan mempertimbangkan hal tersebut,
maka pendirian pabrik difenilamin di Indonesia terbilang cukup menjanjikan. Untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri dan untuk melakukan pengadaan ekspor ke luar negeri, prarancangan pabrik
difenilamin akan dibangun di Cilegon, Banten dengan kapasitas sebesar 25.000 ton/tahun. Pabrik
difenilamin dari bahan baku anilin dengan bantuan katalis Al2O3 yang telah di pre-treated dengan
HCl dan H3BO3 direncanakan dibangun diatas tanah seluas 64.958 m^2. Adapun bahan baku berupa
anilin diperoleh dengan mengimpor dari Cina. Anilin yang digunakan memiliki kemurnian sebesar
99,5% dengan 0,5% air sebagai impuritisnya. Anilin tersebut merupakan bahan baku yang akan
diolah menjadi difenilamin dengan kemurnian 99% dan 1% impuritis, yaitu anilin. Dalam prosesnya,
pabrik difenilamin ini membutuhkan air sebanyak 14.134,7067, listrik sebanyak 653,8311 kW, steam
sebanyak 2.199,0353 kg/jam, refrigerant (Dowtherm A) sebanyak 74.813,0786 kg/jam, dan udara
tekan sebesar 89,7178 m^3/jam. Jumlah pekerja yang diperlukan adalah sebanyak 153 orang.
Berdasarkan analisis ekonomi, pabrik ini memerlukan modal sebesar Rp2.511.581.088.650,91
dengan biaya produksi sebesar Rp1.536.154.007.644,36. Adapun ROI (before tax) adalah sebesar
59,46% dan ROI (after tax) sebesar 44,596% dengan POT (before tax) sebesar 1,6818 tahun dan
POT (after tax) sebesar 2,2424 tahun. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan BEP
sebesar 24,75% dan SDP sebesar 19,3726%. | en_US |