dc.description.abstract | Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berisiko tinggi mengalami gempa bumi karena letaknya berdekatan dengan zona subduksi penunjaman Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia serta adanya aktivitas sesar aktif yaitu Sesar Opak yang menjadi pembangkit gempa bumi dangkal. Tercatat sebanyak 13 kejadian gempa bumi merusak di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dari tahun 1840 hingga 2023, dengan gempa paling merusak terjadi pada tahun 2006 di Bantul. Sebanyak 417 gempa dirasakan di wilayah Yogyakarta periode Mei 2006 – Maret 2016. Tingginya aktivitas gempa bumi setelah gempa bumi 26 Mei 2006 mengindikasikan adanya medan tegangan pada segmen sesar aktif yang belum sepenuhnya terlepas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter seismotektonik yaitu b-value secara spasial dan temporal untuk mengetahui akumulasi stress tektonik Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu distribusi frekuensi-magnitudo dengan relasi Gutenberg-Richter dan pendekatan Maximum Likelihood. Data gempa diperoleh dari katalog ISC dan BMKG, dengan total 205 kejadian gempa. Hasil penelitian menunjukkan secara spasial, b-value wilayah Yogyakarta secara umum termasuk rendah dengan rentang nilai 0.35 – 0.75 menggunakan grid 1.5 x 1.5 km dan radius 15 km dengan nilai rendah di sekitar Sesar Opak dan Sesar Ngalang artinya wilayah tersebut masih menyimpan akumulasi energi stress yang tinggi dan berpotensi terjadi kembali gempa besar di masa depan. Analisis temporal b-value menunjukkan adanya kecenderungan penurunan b-value sebelum gempa besar dan kenaikan setelahnya, mencerminkan terdapat akumulasi dan pelepasan stress pada batuan. | en_US |