Show simple item record

dc.contributor.authorTobing, Tesalonika Lumban
dc.date.accessioned2024-12-20T01:06:25Z
dc.date.available2024-12-20T01:06:25Z
dc.date.issued2024-12-10
dc.identifier.urihttps://library.universitaspertamina.ac.id//xmlui/handle/123456789/13171
dc.description.abstractPada 14 Juli 2015, Jerman, Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Tiongkok, dan Iran membuat sebuah kesepakatan yaitu Joint Plan of Action Agreement (JCPOA). JCPOA menjadi kesepakatan yang dibuat untuk mengawasi Iran dalam penggunaan energi nuklirnya. Sebelumnya, telah banyak perundingan yang dilakukan untuk bisa mengatur Iran dalam penggunaan nuklirnya. Akan tetapi, ketika terjadi pergantian presiden Iran dari Mahmoud Ahmadinejad menjadi Hassan Rouhani, Iran lebih terbuka terhadap Amerika Serikat dan sekutunya. Hal ini yang memudahkan Amerika Serikat dan sekutunya untuk melakukan perundingan dengan Iran dan menyepakati JCPOA. Akan tetapi, pada tahun 2018, Amerika Serikat keluar dari JCPOA pada saat Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat. Oleh karena itu, penelitian ini mau melihat apa faktor yang membuat Iran masih mempertahankan JCPOA. Peneliti menggunakan metode kualitatif sebagai metode penelitian dan internet based research sebagai teknik pengumpulan data. Selain itu, peneliti menggunakan konsep kebijakan luar negeri Rosenau untuk melihat faktor apa yang membuat Iran masih mempertahankan JCPOA. Hasil dari penelitian ini adalah, pada faktor internal kebijakan luar negeri Iran dipengaruhi dari adanya perubahan kepemimpinan negara. Sedangkan, pada faktor eksternal, adanya pengaruh dari negara lain yang membuat Iran mau untuk mempertahankan kesepakatan JCPOA.en_US
dc.subjectIran, JCPOA, Kebijakan Luar Negeri, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rosenauen_US
dc.titleKEBIJAKAN LUAR NEGERI IRAN TERHADAP KELUARNYA AMERIKA SERIKAT DARI JOINT COMPREHENSIVE PLAN OF ACTIONen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record