Studi Paleoseanografi Perairan Bawean, Jawa Timur Berdasarkan Analisis Foraminifera.
Abstract
Penelitian ini dilakukan di Perairan Bawean, Laut Jawa, yang termasuk wilayah Paparan Sunda. Sampel sedimen diambil menggunakan metode gravity core sepanjang 87,5 cm, dan dianalisis tiap interval 2,5 cm. Tujuan penelitian adalah merekonstruksi kondisi paleoseanografi berdasarkan analisis foraminifera dan unsur kimia sedimen. Metode yang digunakan meliputi analisis kuantitatif foraminifera dan analisis kandungan unsur menggunakan alat XRF (X-Ray Fluorescence) scan. Analisis kuantitatif foraminifera menunjukkan identifikasi terhadap 23 genus dan 25 spesies foraminifera bentonik, serta 1 genus dan 1 spesies foraminifera planktonik. Nilai rasio planktonik/bentonik (rasio P/B) umumnya <20% menunjukkan zona kedalaman sampel berada pada zona inner neritic (kedalaman <50 m). Nilai indeks diversitas (H') foraminifera menunjukkan kategori sedang, indeks dominansi (D') termasuk pada kategori rendah, serta indeks keseragaman (E’) termasuk kategori tinggi. Analisis FORAM Indeks (FI) menunjukkan lingkungan yang relatif lebih kondusif untuk pertumbuhan terumbu karang berada pada Pasca-6 ka BP (Nilai FI 3,61), dibandingkan pada Pra-6 Ka BP (Nilai FI 3,14). Biozonasi memperlihatkan 3 biozona yaitu Biozona 1 (25-75 cm), Biozona 2 (17,5-22,5 cm), dan Biozona 3 (0-15 cm). Serta analisis XRF (X-Ray Fluorescence) pada rasio unsur Fe/Ca, K/Ca, dan Ti/Ca mengalami peningkatan pada Pra-6 ka BP, dan mengalami penurunan pada Pasca-6 ka BP. Rekonstruksi paleoseanografi menunjukkan dua fase signifikan: Pra-6 ka BP (>52 cm pada inti sedimen) mencerminkan kondisi laut lebih hangat optimum, dalam, dan terbuka dengan input terrigenous lebih tinggi yang mencerminkan tingginya tingkat presipitasi; serta Pasca-6 ka BP (<50 cm pada inti sedimen) yang menunjukkan penurunan muka air laut karena berkurangnya curah hujan sehingga menurunkan input daratan. Tren rasio P/B, FI, dan indeks dominansi berkorelasi erat dengan unsur terrigenous, mencerminkan pengaruh perubahan muka laut, presipitasi, dan sistem monsun terhadap kelimpahan foraminifera dan dinamika laut selama Holosen.