Distribusi Foraminifera di Perairan Waipoga, Papua Utara
Abstract
Foraminifera merupakan indikator yang sering diteliti untuk mengetahui kondisi lingkungan perairan di masa lampau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan Perairan Waipoga, Papua Utara, dengan menggunakan distribusi dan kelimpahan foraminifera selama Kala akhir Holosen Tengah - Holosen Akhir. Wilayah ini terletak di daerah Kepala Burung Papua, yang bermorfologi lereng dasar laut yang curam, serta berkontribusi terhadap ARLINDO serta ENSO. Terhadap sampel inti sedimen dilakukan preparasi dan identifikasi foraminifera, kemudian dilakukan analisis kuantitatif, seperti perhitungan kelimpahan relatif, rasio P/B, dan indeks ekologi. Analisis komposisi unsur sedimen juga dilakukan dengan menggunakan metode XRF scan sebagai proksi kondisi lingkungan yang mendukung rekontruksi perubahan lingkungan purba ini. Selain itu, studi ini juga menggunakan data sekunder berupa granulometri sortable silt. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan foraminifera sepanjang inti sedimen bervariasi. Foraminifera planktonik lebih dominan terdiri atas 12 genus dengan 22 spesies. Spesies yang lebih dominan adalah, Globigerinoides ruber (41,7%), Neogloboquadrina dutertrei (11%), Neogloboquadrina incompta (13,2%), Pulleniatina obliquiloculata (4%), Hastigerina pelagica (6,65%), Globigerinoides immaturus (6,7%). Sedangkan, foraminifera bentonik terdiri dari 42 genus dengan 62 spesies, didominasi oleh Bulimina marginata (1,8%), Cibicidoides pachyderma (1,89%), dan Lenticulina calcar (1,3%). Sepanjang akhir Holosen Tengah - Holosen Akhir, kondisi perairan Waipoga dipengaruhi oleh variasi intensitas arus dasar laut dan stabilitas termoklin. Zona I dan III mencerminkan kondisi oligotrofik dengan sirkulasi lemah, sementara zona II menunjukkan peningkatan intensitas arus dasar laut, produktivitas tinggi, dan kondisi disoksik yang mengindikasikan kemungkinan intensifikasi peristiwa upwelling.