ANALISIS KONDISI HIDRODINAMIKA PANTAI PEKALONGAN AKIBAT ADANYA PENURUNAN MUKA TANAH (LAND SUBSIDENCE) DENGAN MENGGUNAKAN DELFT3D
Abstract
Pesisir Pekalongan dihadapkan pada ancaman penurunan muka tanah (land
subsidence) yang kritis, dengan laju mencapai 9-15 cm per tahun. Kondisi ini didorong oleh
beberapa faktor utama, termasuk ekstraksi air tanah berlebihan untuk industri batik, beban
bangunan, dan konsolidasi alami tanah aluvial muda. Penelitian ini menganalisis dampak
dari fenomena tersebut, yang diperparah oleh kenaikan muka air laut (sea level rise),
terhadap kondisi hidrodinamika pesisir menggunakan pemodelan numerik dengan perangkat
lunak Delft3D. Hasil pemodelan menunjukkan eskalasi genangan (inundasi) yang signifikan
dan progresif dari waktu ke waktu. Pada proyeksi tahun 2045, dengan penurunan tanah
hingga 2,1 meter dan kenaikan muka air laut sebesar 0,159 meter , luas area genangan akibat
gelombang ekstrem 100 tahun diperkirakan mencapai 4.100,66 ha, menutupi sekitar 25,4%
dari total daratan eksisting. Situasi ini memburuk secara drastis pada tahun 2072; penurunan
tanah yang mencapai 4,57 meter dan kenaikan muka air laut 0,240 meter akan menyebabkan
genangan meluas hingga 9.769,88 ha, menenggelamkan 60,5% wilayah daratan. Puncaknya,
pada skenario tahun 2122, kombinasi penurunan tanah hingga 9,14 meter diproyeksikan
akan menenggelamkan 77,9% wilayah, dengan luas genangan mencapai 12.568,80 ha.
Sebagai langkah mitigasi, studi ini merekomendasikan intervensi kebijakan seperti regulasi
pengambilan air tanah melalui Peraturan Daerah (PERDA), serta solusi teknis berupa
penanaman mangrove sebagai pelindung alami dan pembangunan infrastruktur pertahanan
pantai seperti Geo-Container Seawall.