Geologi dan Analisis Zona Resapan Menggunakan Weighted Overlayed berdasarkan Analytical Hierarchy Process di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
Abstract
Air merupakan komponen abiotik fundamental yang memiliki signifikansi vital bagi kelangsungan hidup seluruh organisme, dimana dalam konteks pembangunan dan tata guna lahan, air tanah memegang peran penting sebagai sumber air utama yang mendukung berbagai aktivitas ekonomi dan kegiatan antropogenik. Penelitian ini menganalisis Geologi dan Zona Resapan Berdasarkan Fault Fracture Density (FFD) pada Dataran Lereng Utara Gunung Salak Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang bertujuan untuk mengetahui tatanan geologi, mengidentifikasi kondisi hidrogeologi, dan mengklasifikasi zona resapan menggunakan metode studi literatur, observasi geologi, dan observasi hidrogeologi yang terintegrasi dengan analisis spasial Sistem Informasi Geografis. Hasil penelitian menunjukkan kondisi geologi daerah penelitian terdiri dari lima satuan geomorfologi utama yaitu Satuan Kepundan, Satuan Pegunungan Aliran Lava, Satuan Pegunungan Aliran Piroklastik, Satuan Kipas Aliran Lava, dan Satuan Dataran Kaki Gunungapi, dengan stratigrafi tersusun atas tiga satuan batuan utama dari tua ke muda: Satuan Tuff (Qvt), Satuan Bresia Piroklastik (Qvbp), dan Satuan Aliran Lava Andesit (Qvl), serta analisis hidrogeologi menunjukkan kondisi air tanah dengan temperatur 25,0-28,5°C, pH berkisar 5,3-7,6, Electrical Conductivity (EC) 30-1990 µS/cm, dan Total Dissolved Solids (TDS) 30-1320 ppm. Berdasarkan analisis weighted overlay dengan integrasi parameter FFD (30%), EC-TDS (25%), kemiringan lereng (25%), tutupan lahan (15%), dan litologi (5%), distribusi zona resapan menunjukkan heterogenitas spasial yang signifikan dengan zona resapan sangat baik (indeks 0,8-1,0) terkonsentrasi pada dua lokasi utama di bagian barat daya dan tengah-utara daerah penelitian yang mencerminkan kondisi optimal dengan kepadatan rekahan tinggi (FFD >0,6), erosi/topografi rendah (<7%), tutupan lahan dengan intersepsi minimal, dan litologi breksi piroklastik dengan permeabilitas sekunder yang mendukung infiltrasi, sedangkan zona resapan buruk hingga sangat buruk (indeks 0,0-0,4) terkonsentrasi di bagian timur-tenggara dengan kondisi hidrologis yang tidak kondusif berupa topografi curam, kepadatan rekahan rendah, dan kemungkinan adanya mineralisasi sekunder yang menghambat proses resapan, sehingga penelitian ini memberikan dasar untuk pengelolaan sumber daya air berkelanjutan dimana zona barat daya dan tengah-utara dapat dijadikan area prioritas konservasi sedangkan zona timur-tenggara memerlukan intervensi untuk optimisasi infiltrasi.
