dc.description.abstract | Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi, karena
berada di wilayah pertemuan tiga lempeng besar dunia dimana interaksi antar
lempeng merupakan sumber utama terjadinya gempa bumi. Tingkat kerusakan
akibat gempa dapat diperparah oleh efek lokal (geologi setempat). Efek lokal
tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya efek lokal yang
terdapat di daerah DKI Jakarta. Mitigasi bencana gempabumi perlu dilakukan di
DKI Jakarta yang merupakan Ibukota Negara Indonesia dan karena merupakan
daerah padat penduduk dan semakin banyak pembangunan insfrastruktur di
wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan peta geologi permukaan, DKI Jakarta
merupakan daerah hasil endapan alluvial sehingga sebagian besar terdiri dari tipe
batuan pasir dan lanau. Untuk mengetahui sifat geologi daerah penelitian seperti
jenis tanah dan tipe batuannya, maka dilakukan analisis HVSR. Hasil analisis
HVSR dapat mengklasifikasi jenis tanah dan sifat fisisnya terhadap gelombang
seismik (gempa). Nilai amplifikasi dan frekuensi dominan dapat digunakan untuk
memperkirakan tingkat kerusakan bangunan akibat gempabumi, kerusakan
bangunan akibat gempabumi akan lebih parah pada daerah yang mempunyai
parameter HVSR dengan nilai amplifikasi tinggi dan nilai frekuensi rendah. Dari
hasil pengolahan didapatkan nilai amplifikasi yang terkecil adalah rentang 0.8 – 1.1
dan yang terbesar adalah 6.3 – 8.9, sedangkan frekuensi dominan yang terkecil
adalah rentang 0.6 – 0.73 Hz dan yang terbesar adalah rentang 6.3 – 7.4 Hz.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan mengkorelasikan hasil peta
zonasi dari amplifikasi, frekuensi dominan diketahui bahwa daerah dengan indeks
kerentanan tanah tinggi berada di daerah Cilincing Jakarta Utara, Pulo Gadung,
Cakung dan luar Jakarta Timur, serta derah Cengkareng yang berbatasan dengan
Tanggerang (dekat bandara Internasional).
Kata kunci: Horizontal To Vertical Spectral Ratio, Amplifikasi, Frekuensi
Dominan, dan Indeks Kerentanan Tanah. | en_US |