dc.description.abstract | Saat ini pengembangan proyek Coal Bed Methane (CBM) di Indonesia masih belum ada yang mencapai tahap komersialisasi, padahal cadangan yang dimiliki Indonesia sangat besar yaitu 453 Tcf. Banyak faktor yang mempengaruhi belum adanya lapangan Coal Bed Methane di Indonesia yang mencapai tahap komersialisasi seperti investasi yang dibutuhkan sangat besar, proses dewatering yang cukup lama, membutuhkan lahan yang luas dan banyak sumur karena proyek CBM memiliki produksi sumuran yang kecil, teknologi yang belum memadai dan beberapa faktor lain. Guna mendorong keberhasilan pengembangan Coal Bed Methane (CBM) di Indonesia, perlu adanya kajian lebih mendalam khususnya dari segi keekonomian. Penelitian ini membandingkan skema PSC Gross Split dan PSC Cost Recovery untuk mencari tahu skema keekonomian mana yang lebih menguntungkan. Pada proyek pengembangan Coal Bed Methane (CBM) di Lapangan "NES" lebih menguntungkan bila menggunakan skema PSC Cost Recovery dibandingkan skema PSC Gross Split, walaupun demikian kontraktor tetap perlu diberikan insentif tambahan sperti investment credit dari pemerintah agar proyek ini dapat tetap bernilai ekonomis sekalipun terjadi penuruan harga gas atau produksi yang cukup besar. | en_US |