ANALISIS GEOKIMIA BATUAN INDUK DAN REKONSTRUKSI CEKUNGAN BERDASARKAN PEMODELAN 1D PADA CEKUNGAN BINTUNI PAPUA
Abstract
Penelitian tugas akhir ini dilakukan di area Cekungan Bintuni yang secara administratif terletak di Teluk Bintuni, Papua Barat. Cekungan Bintuni yang berada di wilayah timur Indonesia memiliki kondisi geologi dan tektonik yang kompleks karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar dunia (triple junction), yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Cekungan ini termasuk salah satu cekungan yang memiliki potensi besar dalam menghasilkan hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan evolusi tektonik daerah penelitian berdasarkan interpretasi bawah permukaan serta melakukan analisis geokimia batuan induk untuk mengetahui potensi daerah penelitian dalam menghasilkan hidrokarbon.
Penelitian dilakukan pada tujuh sumur yang ada di area penelitian. Adapun data yang digunakan meliputi data penampang seismik 2D; data geokimia yang terdiri dari data TOC, pirolisis Rock-Eval, pantulan vitrinit, dan biomarker; serta data sumur yang terdiri dari data litologi, umur, dan paleobatimetri. Selanjutnya, data geologi dan geokimia diintegrasikan dalam melakukan pemodelan 1D sehingga dihasilkan suatu sejarah pemendaman (burial history) dan sejarah kematangan (thermal history) daerah penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat adanya tiga tinggian antiklin di area penelitian yaitu, di sebelah barat laut yang dinamakan tinggian Kalitami, di sebelah barat daya dinamakan tinggian Ubadari, dan di sebelah timur laut dinamakan tinggian Wiriagar, dengan struktur sesar yang berkembang didominasi oleh struktur sesar naik berarah barat laut – tenggara dan sesar geser mengiri berarah barat – timur yang dapat berperan sebagai perangkap hidrokarbon di area penelitian. Adapun hasil evaluasi geokimia yang meliputi analisis kuantitatif, kualitatif, dan kematangan material organik menunjukkan bahwa terdapat batuan induk efektif (memiliki material organik yang baik dan sudah matang) yang terdiri dari litologi serpih dan batubara dari Formasi Ainim dan Formasi Kembelangan Bawah, dan batuan induk potensial (memiliki material organik yang baik namun belum matang) yang terdiri dari serpih dan batugamping dari Formasi Kais.
Hasil dari pemodelan 1D menunjukkan bahwa fase pembentukan cekungan di daerah penelitian diinterpretasikan dimulai dari fase rifting Perm yaitu terjadinya peristiwa pemecahan lempeng Gondwana (Gondwana breakup), kemudian pada umur Trias terjadi adanya pengangkatan dan erosi yang diduga berkaitan dengan peristiwa kompresi di NW Shelf Australia yang sampai ke Papua. Selanjutnya, inisiasi fase rifting cekungan dimulai pada umur Jura Awal, fase passive margin pada umur Kapur Akhir, fase kompresi pada umur Oligosen-Miosen, dan strike-slip pada umur Pliosen.